Roh Nubuat dan Perayaan Natal

Roh Nubuat & Perayaan Natal

Oleh: Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org

Saya lahir dan dibesarkan di Gereja Advent yang umumnya setuju dengan perayaan Natal, namun tahu bahwa banyak gereja Advent di daerah tertentu, sangat menentang perayaan Natal pada tanggal 25 Desember, sebab tanggal tersebut tidak terdapat dalam Alkitab dan merupakan perayaan hari lahir dewa Matahari.

Mempelajari sejarah tentang asal mulanya hari Natal, saya juga sempat berhenti merayakannya. Namun, ketika saya mempelajari Roh Nubuat dengan seksama, saya dapati beliau tidak pernah melarang perayaan hari Natal, dan bahkan beliau mempraktekkannya! Sayapun turut menjadi bingung. Siapa yang harus saya percaya?

Tulisan ini adalah hasil studi saya pribadi, yang telah mempengaruhi keputusan saya kemudian. Saya percaya bahwa adalah tugas utama umat Allah untuk tidak pernah berhenti belajar dan meminta bimbingan Tuhan, dan tidak hanya bergantung pada ajaran orang lain.

Problema 1: Merayakan Natal sama saja dengan berbakti pada hari Minggu.Hasil studi saya:  Tidak diragukan lagi hari Sabat adalah hari Ketujuh yang jelas tertulis dalam Alkitab, contohnya terdapat dalam Kej. 2:2-3, Kel. 20:10-12, 31:17. Pelanggaran akan hari Sabatpun hukumannya fatal (Bil. 15:33-36). Tetapi tidak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa merayakan hari lahir Kristus pada hari tertentu sama saja dengan penyembahan hari Minggu.

Problema 2: Alkitab tidak mengatakan bahwa kelahiran Kristus dapat dirayakan.

Hasil studi saya: Lukas 2:11-14 menulis bahwa bala tantara surga memuji Allah dengan nyanyian dalam merayakan kelahiran Kristus. Mereka menyebutnya “kabar baik.” Bukankah kabar baik harus disebarkan kapan saja dan di mana saja? Tidak tertulis bahwa kabar baik itu hanya dapat dikabarkan pada hari-hari yang ditentukannya. Tiga orang Majus datang jauh-jauh untuk menyembah dan merayakan kelahiran Kristus dengan hadiah-hadiah mahal (Mat. 2:1-2 & 11). Jadi ide perayaan Natal dan hadiah ulang tahun untuk Yesus sangat Akitabiah. Ny. White menulis:

“Sementara dorongan atas semua tugas untuk membawa persembahan-persembahan mereka kepada Allah, saya tidak menyalahkan praktek pembuatan hadiah-hadiah untuk Hari Natal dan Tahun Baru buat teman-teman. Adalah baik untuk memberi satu sama lain tanda-tanda kasih dan kenang-kenganan apabila dalam hal ini kita tidak melupakan Allah, teman terbaik kita. Kita harus membuat hadiah-hadiah kita menguntungkan bagi yang menerima.” RH, 26 Desember 1882.

Bukti bahwa malaikat-malaikat surga, para gembala dan orang Majus merayakan kelahiran Kristus, seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi kita untuk turut bersyukur dan ikut merayakan juga.

“Saya memohon kamu, saudara dan saudari, untuk membuat….Hari Natal (sebagai) suatu berkat bagi dirimu sendiri dan orang lain. (Kelahiran Yesus) dirayakan oleh bala tantara surga. Malaikat-malaikat Allah, dalam bentuk sebuah bintang, yang menuntun orang Majus dalam misi mereka mencari Yesus. Mereka datang dengan hadiah-hadiah dan persembahan-persembahan yang mahal yaitu Frankinsens dan mir, untuk dipersembahkan kepada bayi Raja yang dinubuatkan itu.” EGW, Reflecting Christ (RC),373.2.

Anda mungkin berpikir bahwa Alkitab tidak mengatakan kapan kelahiran Kristus. Itu benar. Ny. White menulis:

“25 Desember seharusnya adalah hari kelahiran Yesus Kristus, dan perayaannya telah lazim dan populer. Tapi tidak ada kepastian bahwa kita merayakan hari yang tepat dari kelahiran Penebus kita. Sejarah tidak memberi kepastian tentang hal ini. Alkitab tidak memberi kita waktu yang tepat. Jika Tuhan bermaksud bahwa pengetahuan ini penting bagi keselamatan kita, Dia akan berbicara melalui para nabi dan para rasul-Nya, bahwa kita dapat mengetahui semua tentang hal ini. Tapi bungkamnya Kitab Suci tentang poin ini adalah bukti bagi kita bahwa hal ini disembunyikan dari kita untuk tujuan yang paling bijaksana.” EGW, AH 477.2.

“Dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan menyembunyikan tempat di mana Musa dikuburkan. Allah menguburkan-nya, dan Allah membangkitkan-nya dan mengambil-nya ke surga. Kerahasiaan ini adalah untuk mencegah pemujaan berhala….Untuk hal yang sama Dia telah menyembunyikan hari yang tepat dari kelahiran Kristus, agar hari itu tidak menerima kehormatan yang seharusnya diberikan kepada Kristus sebagai Penebus dunia—Seorang yang seharusnya diterima, dipercayai, diandalkan sebab Dialah yang dapat sepenuhnya menyelamatkan mereka yang datang pada-Nya. Pemujaan dari jiwa-jiwa seharusnya diberikan kepada Yesus sebagai Anak Allah yang tak terhingga.” EGW, RH, 9 Desember 1884, par. 2.

Dua poin penting yang kita dapat ambil dari kutipan di atas adalah: 1. Tuhan tidak menyatakan tanggal pasti sebab Dia tahu manusia akan mengeramatkan dan menyembah harinya daripada menyembah Subyek yang lahir pada hari itu yaitu Kristus Sendiri. Segala sesuatu tanpa Kristus adalah penyembahan berhala! Hari Sabat dapat juga menjadi berhala jika kita menghormati harinya lebih dari Kristus Sendiri! Inilah yang dilakukan kaum Farisi. Mereka lebih menghormati hari Sabat tapi membunuh Tuhan atas hari Sabat! (Mat. 12:8). 2. Perayaan Natal pada hari tertentu bukanlah suatu hal keselamatan. Kristus tidak keberatan dengan tanggal tertentu. Dengan kata lain, tanggal bukan masalah. Menempatkan Kristus sebagai pusat perhatianlah yang merupakan hal terpenting.  

Ny. White tidak pernah melarang umat Advent untuk merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember. Para penganut anti-Natal, mengutip potongan kalimat Ny. White, dan menambahkan ajaran mereka sendiri ke atasnya. Mereka tidak mengutip konteks yang beliau sendiri ajar dan praktekkan. Dalam artikel yang sama, Ny. White melanjutkan:

“Sementara 25 Desember dirayakan untuk mengenang kelahiran Kristus, sementara anak-anak telah diinstruksikan oleh aturan dan contoh bahwa hari ini adalah sungguh hari kegembiraan dan keriangan, kamu akan dapati (adalah) suatu hal yang sulit untuk melewati periode ini tanpa memperhatikannya. Hari ini dapat dijadikan untuk pelayanan bagi tujuan yang sangat baik.” EGW, RH, 9 Desember 1884, par. 5.

Problema 3: Ayat-ayat berikut mengatakan bahwa pohon Natal adalah berhala.

“Beginilah firman TUHAN: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.” Yer. 10:2-4.

“Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya.” Yes. 44:14-15.

“Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap TUHAN, Allahmu, telah melampiaskan cinta berahimu kepada orang-orang asing di bawah setiap pohon yang rimbun, dan tidak mendengarkan suara-Ku, demikianlah firman TUHAN." Yer. 3:13.

Hasil studi saya: Menurut konteks, ayat-ayat di atas mengatakan bahwa pohon-pohon yang ditebang tersebut, “dikerjakan” atau diukir menjadi patung (seperti halnya patung Buda, ilah-ilah Hindu dan Katolik). Patung-patung itu dihias dengan emas dan perak dan dijadikan ilah yang mereka sembah. Itulah kebudayaan orang kafir pada zaman nabi Yesaya dan Yeremia. Mereka menyembah patung ukiran yang bukan Allah yang benar. Ayat-ayat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pohon Natal. Pohon Natal tidak diukir oleh tangan manusia. Lagipula ayat-ayat ini ditulis jauh sebelum Kristus lahir, sebelum penggunaan pohon Natal dipraktekkan.

Cara kita untuk “menyembah” patung itulah yang disebut penyembahan berhala. Tapi bukan pohonnya! Allah adalah pencipta pohon-pohon dan segala sesuatu. Bukan karena orang kafir menjadikan matahari sebagai dewa mereka, maka kita tidak boleh memiliki gambar matahari di rumah kita. Bukan berarti bahwa sapi adalah salah satu ilah agama Hindu maka kita tidak boleh memelihara sapi sebagai ternak!

Di zaman Ny. White, hal ini juga dipertanyakan oleh anggota-anggota gereja. Mereka mengirim surat untuk menanyakan apakah penggunaan pohon Natal dalam gereja pada hari Natal adalah kekafiran (saat itu mereka sedang membangun gereja dan membutuhkan dana. Mereka ingin tahu apabila penggunaan pohon Natal sebagai wadah pengumpulan dana adalah salah). Berikut adalah jawaban beliau:

Allah akan senang jika pada Hari Natal setiap gereja memiliki sebuah pohon Natal yang dapat digantungkan dengan pemberian-pemberian, besar dan kecil, untuk rumah-rumah ibadah. Surat-surat pertanyaan telah berdatangan pada kami yang menanyakan, Dapatkah kita memiliki pohon Natal? Apakah itu tidak sama seperti dunia? Kami menjawab, kamu dapat membuatnya seperti dunia jika kamu memiliki sifat demikian, atau kamu dapat membuatnya sebaik mungkin tidak seperti dunia. Tidak ada dosa tertentu dalam memilih pohon hijau yang harum dan menempatkannya dalam gereja-gereja kita, tapi dosa terletak dalam motif yang mendorong tindakan dan penggunaan yang disebabkan oleh pemberian-pemberian yang diletakkan di atas pohon itu.” AH 482.1

Perhatikan, beliau katakan bahwa dosa tidak terletak pada pohon Natal tapi pada maksud hati yang jahat yang tumbuh dikala melihat hadiah atau uang sumbangan yang digantungkan di atas pohon.

Apakah kita menggantungkan pemberian untuk Kristus, atau lampu-lampu atau ornamen-ornamen di atas pohon Natal, tentu saja itu adalah masalah pribadi kita dengan Allah. Cara kita merayakan Natal tidak meniadakan fakta bahwa Kristus tidak melarang bahwa gereja-Nya menggunakan pohon Natal dan merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember.

Problema 4: Terang tentang Natal itu progresif/selalu berubah.

Hasil studi saya: Para penganut anti-Natal mengajarkan bahwa karena Ny. White mengalami “perkembangan” dalam pengertian beliau, misalnya dalam hal makanan/diet, maka segala sesuatu yang beliau ajarkan haruslah mengalami perkembangan, dalam hal ini meragukan nasihat-nasihat beliau tentang hari Natal. Memang dalam soal makanan, Allah dengan kebijaksanaan-Nya tidak memberikan terang itu sampai bulan Juni 1863, sebulan sesudah Gereja MAHK ditahbiskan.  Tetapi kutipan perubahannya ada tertulis yang menunjukkan “perkembangan” pengertian mereka sesuai terang yang diberikan Allah dari waktu ke waktu. Tapi khususnya tentang perayaan Natal, Ny. White tidak pernah mengganti apa yang beliau sudah katakan. Beliau tidak setuju bahwa hari Natal dirayakan dengan memanjakan selera makan, membuat hadiah-hadiah yang mahal untuk membuang-buang uang, dan beliau menasihatkan untuk memberikan hadiah terbaik untuk Kristus dan orang miskin, tapi tidak ada satupun kalimat mengatakan bahwa beliau meniadakan perayaan Natal! Apakah anda memilih untuk merayakan hari Natal atau tidak, tidak pengaruh pada keselamatan anda. Tetapi memutarbalikkan ajaran Roh Nubuat adalah salah!

Saya tidak keberatan untuk penempatan dalam gereja-gereja kita suatu pohon Natal atau Tahun baru yang menghasilkan buah dalam pemberian-pemberian dan persembahan-persembahan untuk maksud Allah. Kita dapat mengambil keuntungan dari kesempatan ini untuk menjadikan kebiasaan hadiah-hadiah untuk waktu tertentu ini menjadi saluran yang benar. Dan perayaan hari raya seperti ini adalah pelajaran berguna untuk anak-anak kita, mengajarkan mereka untuk menyerahkan hadiah-hadiah mereka yang bertujuan untuk menghormati Penebus mereka. Tapi ketika kita mencurahkan uang dan usaha kita untuk pesta pora bagi diri kita sendiri, kita gagal memberikan kepada Allah penghormatan yang menjadi hak-Nya.” EGW, ST, 4 Januari, 1883, par. 7.

Para penganut anti-Natal mengutip kalimat di atas, dan menginterpretasikan bahwa pohon yang dimaksud Ny. White bukan pohon Natal. Mereka menonjolkan kata-kata “Tahun Baru” dan sengaja meniadakan fakta bahwa Hari Natal dan Tahun Baru terjadi pada waktu berurutan dan dirayakan berurutan pula. Pohon Natal biasanya berdiri sejak sebelum hari Natal, dan sesudah perayaan Tahun baru. Lagipula, kalimat di atas dengan jelas tertulis bahwa Ny. White menasihatkan gereja agar hadiah-hadiah Natal dan Tahun Baru yang ditempatkan di atas pohon, sebaiknya dijadikan saluran berkat bagi pekerjaan Kristus, dan bukan untuk pemanjaan diri kita sendiri. Sama sekali bukan “perkembangan” ajaran Ny. White untuk meniadakan pohon atau perayaan Natal seperti ajaran para penganut anti-Natal. Saya menyebut hal ini dengan “menyalah artikan kutipan Roh Nubuat.”

Perhatikan bahwa kalimat di atas ditulis pada tahun 1883. Pada tahun berikutnya, Ny. White masih menulis dan mempraktekkan perayaan Natal (Lihat kutipan di halaman 2-3 yang dikutip dari The Review & Herald, 9 Desember 1884). Bahkan sampai akhir hidupnya, beliau masih merayakan hari Natal. (Lihat 5BIO, hal. 309, par. 2-4).

Janganlah para orang tua mengambil posisi bahwa pohon hijau (atau evergreen = pohon Natal) yang ditempatkan di gereja sebagai hiburan dari pelajar-pelajar Sekolah Sabat adalah dosa, sebab hal itu dapat dijadikan berkat yang besar. Tetapkanlah dalam pikiran-pikiran mereka obyek-obyek kebajikan….. Sementara beberapa orang mungkin akan menjadikan kesempatan-kesempatan ini sebagai kesembronoan yang ceroboh, yang pikirannya tidak akan menerima pengaruh Ilahi, bagi pikiran-pikiran dan karakter-karakter yang lain, kesempatan ini dapat menjadi sangat bermanfaat…” EGW, RH, 9 Desember 1884.

Problema 5: Karena pohon Natal, banyak yang tidak mau menghadiri gereja dan bahkan murtad.

Jawab: Adalah kenyataan bahwa banyak yang meninggalkan gereja karena berbagai macam hal. Saya setuju bahwa dalam segala sesuatu kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, tetapi adalah juga tugas pribadi umat-umat sendiri dalam pertarungan iman pribadi-nya. Keselamatan adalah pertandingan. Iman kita harus tahan banting kalau mau menang sampai akhir zaman (1 Tim. 6:12). Jika kita tersinggung oleh hal-hal kecil karena kurangnya belajar Alkitab dan Roh Nubuat, bagaimana mungkin kita bisa tahan pada masa kesukaran besar di hadapan kita? Oleh sebab itu, adalah perlu bagi umat Allah untuk mengerti kehendak Allah. Alkitab menulis bahwa kita harus menyembah/mengasihi Allah dengan semua yang kita miliki termasuk “pengetahuan/pikiran” kita (Mat. 22:37). Penyembahan Allah tanpa pengetahuan menempatkan umat-umat pada dua kubu ekstrim yang saling berlawanan, tetapi sama dalam kesalahan: Kubu bebas/liberal dan kubu yang fanatik/konservatif, persis seperti kelompok Saduki dan Farisi! Jika kebenaran kita tidak melampaui ahli taurat dan orang Farisi, maka kita tidak layak memiliki kerajaan surga (Mat. 5:20).

Hari Natal dipraktekkan oleh Ny. White

Dalam suratnya kepada anak-anaknya, Ny. White mengatakan bahwa dia megirimkan hadiah Natal.

“Untuk beberapa alasan, saya merasa kuatir tentang-mu. Saya berharap untuk menerima surat dari-mu di sini di Enosburg, tapi (saya) kecewa. Saya telah mengirimkan sebuah hadiah Natal. Biarkan saya mendengar kabar dari-mu.” EGW, 3MR 128.3.

Ny. White tidak menolak hadiah ulang tahun dan Natal, selagi dia diperbolehkan untuk meneruskan hadiah-hadiah tersebut untuk digunakan dalam kemajuan pekerjaan Tuhan.

“Saya telah mengatakan pada keluarga dan teman-teman saya, saya tidak menginginkan hadiah ulang tahun atau Natal, kecuali (mereka) setuju untuk diteruskan kepada perbendaharaan Tuhan, untuk digunakan dalam pendirian misi-misi.” RH, 27 Desember 1906, par. 9. 

Nasihat tentang Perayaan Hari-Hari Raya

Dalam tulisan-tulisan berikut, Ny. White tidak melarang perayaan hari-hari Raya, seperti ulang tahun, hari Natal dan hari Pengucapan Syukur. Tetapi beliau selalu menekankan bahwa Kristuslah yang harus selalu diutamakan dalam perayaan hari-hari raya tersebut.

“Usul-usul Setan dilakukan di dalam banyak hal. Peringatan hari ulang tahun kita, dan hari Natal dan perayaan hari Pengucapan Syukur, sering dilakukan untuk kepuasan diri sendiri, ketika pikiran seharusnya ditujukan kepada karunia dan kasih kebaikan Allah. Allah tidak senang bahwa kebaikan-Nya, penjagaan-Nya yang tidak henti-henti, kasih-Nya yang tak berkeputusan, tidak dipikirkan pada kesempatan-kesempatan perayaan ini.” EGW, RH, 23 Desember 1890, par. 12.

“Bahkan hari Natal, hari yang diakui untuk merayakan kelahiran Kristus, telah dijadikan sebagai suatu tujuan efektif untuk membalikkan pikiran dari Kristus, jauh dari kemuliaan-Nya. Jika hari Natal dirayakan, haruslah dirayakan dengan cara yang harmonis dengan maknanya. Kristus haruslah diingat, nama-Nya dimuliakan; kasih-Nya yang abadi harus diceritakan kembali.” EGW, RH, 9 Desember 1890.

Kutipan ini adalah bagian dari surat yang ditujukan kepada anggota keluarga beliau, tentang drama Natal yang dilaksanakan pada acara Sekolah Sabat di Gereja Battle Creek, dimana Ella (6 tahun), salah satu cucu Ny. White juga ikut berperan. Beliau tidak melarang permainan drama Natal, tetapi menasihatkan cara yang lebih efisien yang dapat dilakukan.

“Saya terbangun pada jam 3 pagi untuk menulis pada-mu beberapa kalimat. Saya senang dengan Menara Lampu (Mercu Suar), dan adegan yang mewajibkan banyak upaya yang melelahkan yang seharusnya kelihatan hebat, tapi gagal menjadi sesuatu yang menonjol dan menyolok seperti yang seharusnya terjadi mengingat betapa banyak waktu dan usaha yang dibutuhkan dalam persiapannya. Bagian yang diperankan oleh anak-anak itu bagus. Bacaannya cocok. Jika kadang-kadang diselingi pembicaraan yang berbobot tentang anak-anak dan guru-guru dalam Sekolah Sabat yang bekerja dengan setia untuk keselamatan jiwa dari anak-anak di bawah tugas-mu itu, persembahkan persembahan yang sangat diterima oleh Yesus, pemberian dari hati mereka sendiri, dan komentar-komentar yang mengesankan, pendek dan tepat, bagaimana mereka dapat melakukannya, tidakkah itu sesuai dengan pekerjaan yang kita telah coba lakukan dalam gereja selama ini?” EGW, 2MR 235.1.

Merayakan Natal dan Tahun baru untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan:

“Perayaan-perayaan hari Natal dan Tahun Baru dapat dan seharusnya dilakukan untuk mewakili mereka yang tak berdaya. Allah dimuliakan jika kita memberi pertolongan kepada mereka yang memiliki keluarga besar untuk ditunjang.” Manuscript 13, 1896.


Meragukan Roh Nubuat

Hal kapan dan haruskah kita merayakan hari Natal, sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mempengaruhi keselamatan kita. Tetapi sikap para penganut anti-Natal umumnya menunjukkan karakteristik yang sama dengan para ahli taurat dan kaum Farisi. Dengan gigih mereka mempertahankan hukum harafiah Allah, tapi gagal mengerti kehendak-Nya di dalam Roh. Dan gagal memiliki Kristus dan kasih-Nya, yang mengakibatkan pembunuhan tragis terhadap Kristus sebagai Tuhan atas hari Sabat yang diakuinya sebagai sesuatu yang mereka percayai dan hormati!

Benar bahwa Ny. White menulis tentang banyak hal, seperti kesaksian Kristus dalam buku “Kerinduan Segala Zaman” yang secara detail tidak tertulis dalam Alkitab.  Apakah kita percaya bahwa buku tersebut adalah inspirasi dari Kristus? Baimana tentang penglihatan “Makanan dan Kesehatan” yang bukan saja tidak tertulis dalam Alkitab tapi kelihatannya bertentangan? Para Imam di zaman Israel diharuskan untuk makan daging lembu dan domba korban. Yesus sendiripun makan ikan ketika Dia berada di bumi. Apakah ajaran Ny. White yang mempromosikan makanan dari tumbuh-tumbuhan saja menjadi salah? Renungkanlah!

Seorang teman mengatakan pada saya bahwa tulisan Ny. White tentang Natal hanya “pendapat” beliau saja. Bernarkah?

“Pada hari Natal, aula kami penuh. Banyak yang telah datang dari Sydney, Adelaide, Ballarat, dan gereja-gereja kecil lain. Tuhan memberikan saya banyak Roh-Nya dalam membicarakan kedatangan Kristus yang pertama, ketika malaikat-mailaikat mengabarkan kelahiran-Nya kepada para gembala yang sedang menunggu dan mereka menyanyikan lagu-lagu gembira di dataran Bethlehem.” EGW, Bible Echo, 1 Januari, 1892, par. 20.

Perhatikan bahwa pada hari Natal, tanggal 25 Desember, Kristus sendiri menginspirasikan Ny. White untuk mengkhotbahkan tentang hari lahir-Nya di Betlehem. Jika memang hari itu tidak disetujui oleh Kristus seperti ajaran para penganut anti-Natal, maka kesempatan itulah yang paling baik untuk mengumumkan pada gereja bahwa Dia tidak senang akan praktek perayaan Natal yang sedang berlangsung. Tapi tidak demikian kenyataannya.

Banyak kali kita mengutip Alkitab atau Roh Nubuat tanpa pengetahuan Roh akan kehendak Allah seperti halnya perayaan Natal ini. Jika Kristus sendiri telah menginspirasikan Ny. White, mengatakan pada kita bahwa Kristus senang merayakan hari Natal, termasuk pada tanggal 25 Desember, selagi kita merayakannya dengan benar, mengapa kita harus mengajarkan hal sebaliknya? Apakah itu disebut hamba yang penurut dan setia?

Siapakah yang kita percaya: Sejarah tulisan manusia, Alkitab sesuai interpretasi manusia atau Alkitab sesuai bahasa Roh dari Kristus Yesus sendiri?

Adapun persamaan antara anti-Kristus, ateis, agama-agama non Kristen dan penganut Kristen anti-Natal adalah satu: Mengharamkan “kabar baik” itu dikumandangkan pada hari Natal!

 “Tipuan terakhir dari Setan akan membuat kesaksian dari Roh Allah tidak berpengaruh.” EGW, 1SM 48.3.