Bab 11: Kemenangan Iman/E.J. Waggoner

Bab 11
Kemenangan Iman

Oleh: E. J. Waggoner
Terjemahan: Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org

Alkitab berkata, “orang benar akan hidup oleh iman.” Kebenaran Allah itu “nyata dalam iman yang menuntun kepada iman” Roma 1:17. Tak ada yang lebih baik yang dapat mengilustrasikan bagaimana pekerjaan iman daripada contoh-contoh yang tertulis dalam Kitab Suci sebagai pelajaran bagi kita “supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.” Roma 15:4. Pertama-tama, kita akan melihat peristiwa penting yang tertulis dalam 2 Tawarikh 20:2. Pembaca diajak untuk mempelajari peristiwa ini dengan membuka Alkitab masing-masing.


“Setelah itu bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim. Datanglah orang memberitahukan Yosafat: "Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di Hazezon-Tamar," yakni En-Gedi.” 2 Tawarikh 1-2.


Laskar yang besar itu menyebabkan sang raja dan bangsa Yehuda menjadi takut, tetapi mereka mengambil tindakan yang bijaksana untuk sama-sama berkumpul, “meminta pertolongan dari TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN.” Ayat 3-4. Pelajarilah doa Yosafat sebagai pemimpin perkumpulan itu. Doa itu sangat bermanfaat untuk diselidiki sebab itu dilakukan dengan iman dan dalamnya terdapat awal kemenangan mereka: “Lalu Yosafat berdiri di tengah-tengah jemaah Yehuda dan Yerusalem di rumah TUHAN, di muka pelataran yang baru dan berkata: "Ya TUHAN, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah di dalam sorga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? Kuasa dan keperkasaan ada di dalam tangan-Mu, sehingga tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau.” Ayat 5-6.


Doa pembukaan itu sangat istimewa. Dia memulai dengan pengakuan akan Allah di surga. Model doa itu dimulai sebagai berikut, “Bapa kami di dalam suga.” Apa hal penting dalam kalimat ini? Allah, sebagai Allah yang ada di surga, adalah Pencipta itu.  Ini menyangkut pengakuan kuasa-Nya atas seluruh kerajaan dunia dan seluruh kuasa kegelapan; fakta mana Dia berada di surga, sebagai Sang Pencipta, menunjukkan bahwa dalam tangan-Nya terdapat kuasa dan kekuatan yang besar, tak ada seorangpun yang mampu menandingi-Nya. Mengapa hal ini penting? Seseorang yang memulai doanya di dalam saat yang diperlukan dengan pengakuan demikian tentang kuasa Allah, menandakan bahwa kemenganan itu sudah ada di pihaknya. Perhatikan, Yosafat tidak saja mengumumkan imannya di dalam kuasa Allah yang menakjubkan itu, tapi dia menyatakan bahwa kekuatan Allah adalah juga kekuatan dirinya sembari berkata, “Bukankah Engkau adalah Allah kami? Dia memenuhi syarat yang ditulis dalam Kitab Suci yaitu, “Mereka yang datang kepada Allah, harus percaya pada-Nya, bahwa Dia memberi pahala kepada mereka yang tekun mencari-Nya.”


Kemudian Yosafat melanjutkan dengan menceritakan bagaimana Tuhan telah menegakkan mereka di negara mereka, dan sementara Dia tidak membiarkan mereka menduduki tanah dari bangsa Moab dan bangsa Amon, bangsa-bangsa itu telah mengusir bangsa Yehuda dari tanah yang diwariskan Allah itu. Ayat 7-11. Dan dia menutup doanya demikian, “Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu." Ayat 12. Tidak ada yang lain selain Tuhan yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat (2 Tawarikh 14:11), dan sebab mata Tuhan menjelajahi seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatannya bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia (2 Tawarikh 16:9), kekuatan itu akan menjadi milik mereka yang merasa perlu untuk semata-mata percaya kepada-Nya saja. Pendirian Yosafat dan segenap bangsa itu sesuai sekali dengan ajaran kerasulan yang berkata, “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Ibrani 12:2. Dialah Yang awal dan Yang akhir, semua kuasa baik di surga dan juga di bumi ada di tangan-Nya.

Apa hasil doa tersebut? Roh Kudus datang memenuhi seorang Nabi Tuhan, “dan berseru: "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.” Ayat 15. Dan datanglah perintah untuk maju di pagi hari untuk melawan musuh mereka, dan mereka akan melihat keselamatan dari Tuhan, sebab Dia akan menyertai mereka.


Lalu tiba pada bagian yang terpenting; “Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: "Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!” Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!” Ayat 20-21.


Tentu saja ini adalah tindakan yang ganjal untuk maju ke medan perang. Tidak banyak tentara yang maju ke medan perang dengan semangat kepemimpinan seperti itu. Hasilnya?


“Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh. Ketika orang Yehuda tiba di tempat peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu. Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak ada yang terluput.” Ayat 22-24.


Jika ada tentara yang pernah maju ke medan perang dengan semangat kepeloporan yang sama seperti tentara Yosafat saat itu, pasti tidak banyak tentara yang mendapat pahala yang sama, dan mendapat tanda kemenangan seperti yang didapatkan oleh tentara Yosafat. Jadi, tidak salah untuk mempelajari dengan teliti falsafah kemenganan iman mereka, seperti yang diilustrasikan dalam contoh ini. Ketika musuh yang penuh percaya diri itu sebab mereka memiliki jumlah tentara yang lebih besar mendengar bangsa Israel mendekat pada pagi hari itu dengan nyanyian dan sorak sorai, kesimpulan pasti apa yang ada dalam pikiran mereka? Tidak lain adalah, bangsa Israel telah menerima bala bantuan dan telah dikuatkan, maka sia-sialah untuk mencoba mengadakan perlawanan. Kepanikan menguasai mereka, dan mereka menganggap sesamanya sebagai musuh mereka sendiri.


Bukankah kesimpulan mereka ada benarnya, bahwa bangsa Israel telah menerima bala bantuan? Memang benar, sebab seperti tertulis, “Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir.” Bala tentara Tuhan, kepada siapa Yosafat dan tentaranya percaya, bertarung bagi mereka. Mereka mendapatkan bala bantuan dan yakin bahwa jika saja mata-mata mereka dapat dibukakan, mereka akan mampu melihat bala tentara itu dengan nyata, seperti hamba Elisa yang melihat bahwa bala tentara yang ada di pihak bangsa Israel jumlahnya melebihi bala tentara musuh.


Tetapi poin penting yang khususnya harus diperhatikan di sini adalah, ketika bangsa Israel mulai menyanyikan lagu-lagu pujian maka Tuhan menjadi penghalang bagi musuh mereka. Apa arti pentingnya? Artinya adalah, iman mereka itu nyata. Janji Tuhan dipandang sebagai janji yang nyata, senyata hasil yang mereka terima. Jadi, mereka percaya pada Tuhan, atau secara harafiah, mereka berdiri dalam Tuhan, dan mereka diteguhkan atau dikuatkan oleh Tuhan. Dengan demikian mereka membuktikan kebenaran firman berikut, “Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” 1 Yohanes 5:4.


Sekarang, marilah kita aplikasikan ilustrasi ini ke dalam kasus pertentangan kita melawan dosa. Sering kita membuktikan dengan duka cita kekuatan dari godaan itu, sebab dosa telah mengalahkan kita. Kita tahu bahwa kita tidak punya kekuatan melawannya. Tetapi ketika mata kita terbuka pada Tuhan yang telah memanggil kita untuk datang mendekati takhta kemurahan-Nya dengan penuh keberanian agar kita dapat menerima pengampunan dan belas kasihan yang akan menolong kita di saat-saat yang diperlukan, maka kita akan mulai berdoa meminta pertolongan Allah. Kita berdoa kepada Allah yang telah dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai Sang Pencipta surga dan bumi. Kita akan memulai doa kita bukan dengan kalimat yang penuh duka karena kelemahan kita, tetapi dengan pernyataan gembira akan kuat kuasa Allah.


Setelah hal itu sudah beres, selanjutnya, kita boleh mengutarakan kesulitan dan kelemahan kita. Jika kita mengutarakan kelemahan kita dan situasi yang mematahkan semangat kita terlebih dahulu, kita menempatkan diri kita sendiri sebelum Allah. Dalam keadaan ini, Setan akan memperbesar kesulitan itu dan menebarkan kegelapan-nya di sekitar kita agar kita tidak dapat melihat apapun kecuali kelemahan kita. Oleh sebab itu, walau seruan dan permohonan kita mungkin sungguh-sungguh dan sangat menyedihkan, doa-doa kita akan sia-sia saja sebab kurangnya unsur penting, yaitu percaya bahwa Allah adalah Allah, dan bahwa Dia adalah segalanya sama seperti pernyataan-Nya tentang Diri-Nya sendiri. Tetapi, bila kita memulai doa kita dengan mengakui kuasa Allah, dan selanjutnya kita mengutarakan kelemahan kita, kita menempatkan kelemahan kita di sisi kuasa-Nya. Perbedaannya adalah, memulai doa dengan cara ini, condong melahirkan keberanian.


Saat kita berdoa seperti itu, janji Allah akan datang ke dalam pikiran kita, ditempatkan oleh Roh Kudus. Mungkin kita tidak dapat memikirkan janji khusus yang sesuai dengan kasus kita, tapi kita dapat mengingat bahwa “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” (1 Timotius 1:15), dan bahwa Dia “yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” (Galatia 1:4), dan kita dapat mengetahui bahwa hal ini berisi janji, sebab “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Roma 8:32.

Kemudian kita diingatkan bahwa Allah itu sanggup, hanya dengan berfirman, segala sesutu dari yang tidak ada menjadi ada. Artinya adalah, saat Allah memberi janji, itu sama saja dengan saat Allah sudah memenuhi janji tersebut. Jadi, menyadari bahwa kelepasan dari kejahatan adalah kehendak Allah (Galatia 1:4), kita dapat menghitung kemenangan itu sebagai kemenangan yang sudah kita miliki dan mulai berterima kasih pada Allah atas “janji-janji-Nya yang luar biasa dan sangat berharga itu.” Ketika iman kita mengerti akan janji-janji dan memperlakukannya sebagai suatu yang nyata, kita tidak akan dapat berhenti memuji Allah sebab kasih-Nya yang agung.  Dan sementara kita berlaku demikian, pikiran-pikiran kita akan sepenuhnya dijauhkan dari kejahatan, dan kemenganan menjadi milik kita. Tuhan Yesus akan  menempatkan penghalang-penghalang melawan musuh kita. Tanggapan kita untuk memulai doa dengan pujian, menunjukkan pada Setan bahwa kita telah mendapatkan bantuan.  Dan saat dia mencobai kuasa bantuan yang diberikan pada kita itu, dia akan dapati bahwa dalam hal ini dia tidak dapat berbuat apa-apa, dan dia akan pergi meninggalkan kita. Ini mengilustrasikan kebenaran tulisan sang rasul: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4:6.

 

 

www.agapekasih.org