Bab 10: Penerimaan Allah/E.J. Waggoner

Bab 10
Penerimaan Allah

Oleh: E. J. Waggoner
Terjemahan: Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org

 

Banyak orang ragu memulai pelayanan untuk Tuhan, sebab mereka takut bahwa Allah tidak akan menerima mereka.  Ribuan orang yang sudah bertahun-tahun mengaku sebagai pengikut Kristus, masih saja ragu akan penerimaan Allah bagi mereka. Untuk itulah saya menulis bab ini. Saya tidak akan membingungkan pikiran mereka dengan berspekulasi, tetapi saya akan berusaha untuk memberikan jaminan pasti dari firman Allah.

 

“Akankah Tuhan menerima saya?” Saya ingin menjawab dengan pertanyaan lain: Apakah seseorang menerima apa yang telah dibelinya? Jika kamu pergi ke toko dan membeli barang, akankah kamu menerima barang yang kamu beli? Tentu saja.  Tidak perlu dipertanyakan lagi. Fakta bahwa kamu membeli dan barang-barang itu sudah dibayar dengan uangmu, itu cukup menjadi bukti bahwa tidak saja kamu mau menerima barang-barang itu, tetapi kamu pasti tidak sabar untuk menerimanya. Jika kamu tidak menginginkannya, maka kamu pasti tidak akan membelinya. Dan bahkan, lebih mahal kamu bersedia membayar, lebih tidak sabar kamu ingin menerimanya. Jika harga yang kamu bayarkan sangat mahal dan kamu hampir saja membayar dengan nyawamu untuk membeli barang itu, maka sangat tidak perlu ada pertanyaan apakah kamu mau menerima barang itu atau tidak. Malah kamu akan kuatir jika barang itu tidak kamu terima.

 

Mari kita aplikasikan ilustrasi sederhana yang lazim terjadi pada kasus kita orang berdosa yang datang pada Kristus. Pertama-tama, Dia telah membeli kita. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” 1 Korintus 6:19-20.

 

Harga yang dibayar untuk membeli kita adalah darah-Nya sendiri – hidup-Nya. Paulus berkata kepada para tua-tua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” Kisah 20:28. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” 1 Petrus 18-19. Dia “menyerahkan Diri-Nya sendiri untuk kita.” Titus 21:14. Dia “menyerahkan Diri-Nya sendiri untuk dosa-dosa kita, agar Dia dapat melepaskan kita dari dunia yang jahat ini, sesuai kehendak Allah dan Bapa kita.” Galatia 1:4.

 

Dia tidak hanya membeli golongan orang tertentu, tapi seluruh dunia semua orang berdosa. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16.

 

Yesus berkata, “Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yohanes 6:51. “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Roma 5:6,8.

 

Harga yang dibayar tidak terhitung. Oleh sebab itu, kita dapat melihat bahwa Dia sangat ingin menerima apa yang telah dibayar-Nya. Dia sudah memastikan dalam hati-Nya untuk memilikinya. Dia tidak akan puas tanpanya. Lihat Filipi 2:6-8; Ibrani 12:2; Yesaya 53:11.

 

“Tapi saya tidak layak.” Yang berarti kamu tidak sepadan dengan harga yang telah dibayarkan, maka kamu takut untuk datang pada-Nya, jangan-jangan Kristus akan menolakmu. Bisa kamu sekarang takut tentang hal itu, jika saja transaksinya belum dijamin selesai dan harga belum dibayar. Jika Dia harus menolakmu berdasarkan bahwa hargamu tidak sepadan, bukan saja Dia akan kehilangan kamu, tapi Dia juga akan kehilangan jumlah uang yang telah dibayarkan-Nya. Walaupun barang-barang yang telah kamu beli tidak sepadan dengan harga yang kamu bayarkan, kamu tidak akan berbodoh untuk membuang barang-barang tersebut. Tentu kamu mau menerima apa saja yang tersedia daripada sama sekali tidak mendapatkan apa-apa.

 

Tetapi kamu tidak ada hubungannya dengan pertanyaan apakah kamu layak atau tidak. Ketika Kristus di atas dunia ini dengan maksud untuk membeli, Dia “tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.” Yohanes 2:25. Dia membeli kamu dengan mata terbuka, dan Dia sudah tahu pasti berapa harga barang yang dibeli-Nya. Dia tidak kecewa jika kamu datang pada-Nya dan mendapati kamu tidak berharga. Kamu tidak usah ragu akan pertanyaan tentang layak tidaknya dirimu. Jika Dia sudah tahu pasti tentang kasusmu, dan tetap puas dengan transaksi itu, mengeluh adalah hal paling akhir yang akan kamu pikirkan. Sebab yang terpenting dari segalanya adalah, Dia membelimu karena alasan yang sama, yaitu kamu tidak layak untuk dibeli. Mata-Nya yang terlatih melihat kamu sebagai yang berpotensi besar, dan Dia setuju membelimu, bukan karena kelayakan kamu sebelum atau sesudah, tetapi untuk sesuatu yang dapat Dia ciptakan dalam dirimu. Dia berkata, “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” Yesaya 43:25.

 

Kita tidak memiliki kebenaran. Sebab itu Dia telah membeli kita, “agar kita dapat dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia.” Kata Paulus, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.” Kolose 2:9-10. Beginilah proses lengkapnya: “Kita semua…dalam kodrat, adalah anak-anak yang terkutuk, bahkan sama seperti orang-orang lain. Tapi Allah, yang kaya akan rahmat, dalam kasih-Nya yang besar yang telah dilimpahkan-Nya pada kita, bahkan ketika kita masih mati dalam dosa-dosa kita, telah menghidupkan kita bersama Kristus (oleh kasih karunia kita diselamatkan), dan telah membangkitkan kita bersama, dan mendudukkan kita bersama-sama di surga dalam Kristus Yesus; supaya di masa-masa yang akan datang Dia dapat menunjukkan pada kita rahmat-Nya yang berlimpah-limpah melalui kebaikan-Nya pada kita di dalam Kristus Yesus. Sebab melalui kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu sendiri, tapi itu adalah pemberian Allah; bukan hasil perebuatan kita, agar tidak seorangpun dapat memegahkan diri. Kita adalah hasil buatan-Nya, diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sejak semula telah dinobatkan Allah bahwa kita seharusnya hidup di dalamnya.” Efesus 1:3-10 (diterjemahkan dari KJV).

 

Kita adalah “kepujian dari kemuliaan kasih karunia-Nya.” Hal ini tidak mungkin terjadi apabila pada dasarnya nilai kita sama besar dengan harga yang dibayar-Nya buat kita. Jika halnya demikian, tidak akan ada kemuliaan bagi-Nya dalam transaksi ini. Di masa-masa yang akan datang, Dia tidak akan dapat menunjukkan pada kita betapa kayanya kasih karunia-Nya. Tetapi jika Dia membeli kita saat kita tidak bernilai apa-apa, dan akhirnya mempersembahkan kita bebas dari kesalahan di hadapan tahta itu, hal ini akan menjadi suatu kemuliaan yang kekal bagi-Nya, dan tidak akan ada seorangpun yang menganggap bahwa dirinya sendiri yang membuatnya layak. Sepanjang zaman kekekalan, bala tentara kudus itu akan bersatu dalam seruan mereka pada Kristus, “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi. katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Wahyu 5:9,10,12.

 

Seharusnya, semua keraguan tentang penerimaan Allah sudah tidak ada lagi. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Hati jahat kita yang tidak percaya masih saja menyarankan keragu-raguan. “Saya percaya semua ini, tapi….” Stop! Jika kamu percaya, kamu tidak akan berkata “tapi.” Ketika kamu menambahkan kata “tapi” dalam kalimat kamu percaya, maksud kamu yang sebenarnya adalah, “Saya percaya, tapi saya tidak percaya.” Dan kamu melanjutkan, “Mungkin kamu benar, tapi dengarkan saya dulu. Maksud saya adalah, saya percaya pada kata-kata Kitab Suci yang kamu kutip, tapi Alkitab berkata bahwa jika kita adalah anak-anak Allah, kita harus memiliki kesaksian Roh Kudus dan kesaksian diri kita sendiri, dan saya tidak merasakan kesaksian itu. Sebab itu, saya tidak percaya bahwa saya ada dalam Kristus. Saya percaya firman-Nya, tapi saya belum percaya pada Pemberi firman itu.” Saya mengerti kesulitanmu. Marilah kita lihat apakah keraguan itu tidak dapat dihilangkan.

 

Dalam hal kamu menjadi milik Kristus, kamu sendiri yang menentukan. Kamu telah melihat apa yang diberikan-Nya bagimu. Pertanyaannya adalah, apakah kamu sudah menyerahkan dirimu pada-Nya? Jika sudah, kamu dapat memastikan bahwa Dia telah menerimamu. Jika kamu merasa bahwa kamu bukan milik-Nya, kamu menyatakan bahwa kamu menolak untuk menyerahkan apa yang telah dibeli-Nya. Kamu sedang menipu-Nya. Dia berkata, “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada bangsa yang tidak taat dan yang membantah.” Roma 10:21. Dia memohon agar kamu memberi apa yang telah dibeli dan dibayar-Nya, tapi kamu menolak dan menuduh bahwa Dia tidak mau menerimamu. Sesungguhnya, jika kamu dengan tulus hati menyerahkan dirimu menjadi anak-Nya, kamu harus merasa pasti bahwa Dia telah menerimamu.

 

Apabila kamu percaya pada perkataan-perkataan-Nya, tapi ragu apakah Dia menerimamu sebab kamu tidak merasakan kesaksian itu dalam hatimu, saya harus mengatakan bahwa kamu belum percaya. Jika kamu sudah percaya, kamu sudah memiliki kesaksian itu. Dengarkan perkataan-Nya Sendiri; “Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.” 1 Yohanes 5:10. Percaya kepada Anak Allah itu artinya sangat sederhana, yaitu percaya pada perkataan-Nya dan kesaksian tentang diri-Nya.

 

Dan “dia yang percaya kepada Anak Allah, mempunyai kesaksian itu dalam dirinya.” Kamu tidak dapat memiliki kesaksian itu kecuali kamu percaya.  Segera setelah kamu percaya, kamu akan memiliki kesaksian tersebut. Bagaimana? Sebab kepercayaanmu pada perkataan Allah itulah kesaksian. Itulah firman Allah. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1.

 

Jika kamu mendengar Allah berfirman dengan suara yang dapat didengar mengatakan bahwa kamu adalah anak-Nya, kamu akan menggolongkan hal itu sebagai kesaksian memuaskan. Ketika Allah berkata-kata dalam firman-Nya, itu sama saja seakan Dia sedang berkata-kata langsung padamu dengan suara yang dapat didengar, dan imanmu akan firman itu adalah bukti bahwa kamu mendengar dan percaya.

 

Ini adalah poin yang sangat penting yang patut dipikirkan dengan seksama. Marilah kita membaca terus kesaksian itu. Pertama, kita membaca bahwa kita adalah “anak-anak Allah oleh iman dalam Kristus Yesus.” Galatia 3:26. Ini adalah kepastian positif dari apa yang telah saya katakan tentang ketidakpercayaan kita dalam kesaksian itu. Iman kita menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Bagaimana kita mendapatkan iman ini? “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Roma 10:17. Tapi bagaimanakah kita mendapatkan iman dalam firman Allah? Hanya dengan mempercayai bahwa Allah tidak dapat berdusta. Tentu saja kamu tidak akan menuduh Allah sebagai pendusta di hadapan-Nya, tapi sesungguhnya, itulah yang kamu sedang lakukan ketika kamu tidak percaya pada firman-Nya. Jadi, hal yang harus kamu lakukan untuk percaya, adalah percaya. “Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan." Roma 10:8-11.

 

Semua hal ini sesuai dengan kesaksian yang diberikan oleh Paulus. “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Roma 8:16-17. Roh yang bersaksi bersama dengan roh kita, adalah Penolong/Penghibur yang dijanjikan Yesus. Yohanes 14:16. Dan kita tahu bahwa kesaksian-Nya adalah benar, sebab itulah “Roh kebenaran.” Bagaimanakah Dia menyaksikannya? Dengan mengingatkan kita akan Firman yang tertulis. Dia menginspirasikan firman itu (1 Korintus 2:13; 2 Petrus 1:21), dan oleh sebab itu, ketika Dia mengingatkan kita, itu sama saja seakan Dia sedang mengingatkan kita secara langsung. Dia menyatakan dalam pikiran kita tulisan atau kesaksian itu, yaitu firman yang baru saja kita kutip. Kita tahu bahwa kesaksian/tulisan itu adalah benar, sebab Allah tidak dapat berdusta. Dengan demikian kita mengusir Satan dan kesaksian palsu-nya tentang Allah. Saat kita percaya pada kesaksian itu, kita tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah, dan kita berseru, “Ya Abba, ya Bapa.” Maka kemuliaan akan kebenaran itu yang lebih jelas memasuki jiwa kita. Pengulangan kata-kata itu meciptakan sesuatu yang nyata bagi kita yaitu, Dia adalah Bapa kita; kita adalah anak-anak-Nya. Betapa menyenangkan pemikiran itu! Jadi kita lihat bahwa kesaksian yang kita miliki di dalam diri kita bukanlah hanya suatu kesan atau emosi. Allah tidak meminta kita untuk mempercayai kesaksian yang sangat tidak dapat diandalkan yaitu perasaan kita saja. Siapa yang percaya pada hatinya sendiri adalah seorang yang bodoh. Itu adalah perkataan dari Kitab Suci. Kesaksian yang harus kita percayai adalah firman Allah yang tidak pernah berubah, dan kesaksian ini dapat kita miliki melalui Roh, di dalam hati kita. “Syukur kepada Allah karena pemberian-Nya yang tak terkatakan.” Tapi jaminan ini tidak memberikan hak kepada kita untuk melonggarkan ketekunan kita dan puas berdiam diri, seakan-akan kita telah mendapatkan kesempurnaan. Kita harus ingat bahwa Kristus menerima kita bukan karena kebaikan kita tetapi karena kebaikan-Nya, bukan karena kita sempurna tetapi karena dalam Dia kita boleh memperoleh kesempurnaan. Dia memberkati kita bukan karena kita berkelakuan baik dan pantas menerima berkat, tetapi agar dalam kekuatan dari berkat itu, kita dapat berbalik dari kesalahan-kesalahan kita. Kisah 3:26. Mereka yang percaya kepada Kristus, kuasa itu—yaitu hak atau hak istimewa–diberikan kepada mereka untuk menjadi anak-anak Allah. Yohanes 1:12, margin. Sebab “janji-janji yang luar biasa dan agung” dari Allah melalui Kristus, kita dapat “mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.” 2 Petrus 1:4.

 

Marilah kita segera memikirkan penerapan praktis dari ayat-ayat Kitab Suci tersebut di atas.