Bab 13: Ilustrasi Praktis Kebebasan Dari Perhambaan/ E.J. Waggoner

Bab 13
Ilustrasi Praktis Kebebasan Dari Perhambaan

Oleh: E. J. Waggoner
Terjemahan: Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org

Marilah kita pelajari beberapa ilustrasi kuasa iman tentang kebebasan dari perhambaan. Kita akan mengutip Lukas 13:10-17: “Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.”


Kita tidak akan membahas pendapat dari orang-orang munafik itu tentang mukjizat yang Yesus lakukan, kita akan membahas tentang perempuan itu. Perempuan itu telah diperhamba. Kita juga, oleh karena ketakutan kita akan kematian, telah diperhamba seumur hidup kita. Setan telah mengikat perempuan itu. Demikian juga Setan telah menempatkan jerat-jerat bagi kaki kita dan menawan kita. Perempuan itu sama sekali tidak dapat membebaskan dirinya; Kesalahan-kesalahan kita juga telah membelenggu kita agar kita tidak dapat memandang ke atas. Mazmur 40:12. Dengan firman dan jamahan, Yesus membebaskan perempuan itu dari kelemahan-kelemahannya. Kita sekarang memiliki Imam Besar yang sama di surga yang penuh belas kasihan, yang merasakan kelemahan-kelemahan kita, dan firman yang sama itu akan membebaskan kita dari kejahatan.


Untuk maksud apakah mukjizat-mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus itu dicatat? Yohanes mengatakan bahwa, catatan-catatan itu bukan hanya untuk menunjukkan kesanggupan-Nya untuk menyembuhkan penyakit, tetapi untuk menunjukkan kuasa-Nya yang sanggup mengalahkan dosa. Lihat Matius 9:2-8. Yohanes berkata: “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Matius 20: 30-31.


Jadi, kita melihat bahwa mukjizat-mukjizat itu dicatat sebagai ilustrasi pelajaran tentang kasih Kristus, tentang kehendak-Nya untuk membebaskan kita, dan tentang kuasa-Nya yang mengalahkan pekerjaan-pekerjaan Setan baik dalam tubuh maupun jiwa kita. Satu mukjizat lagi yang berhubungan erat adalah, peristiwa yang dicatat dalam pasal ketiga buku Kisah Para Rasul. Saya tidak akan mengutip seluruh pasal, tapi saya mengajak para pembaca untuk membuka Alkitab dan membacanya  dengan seksama.


Petrus dan Yohanes bertemu dengan seorang pria berumur di atas empat puluh tahun, yang lumpuh sejak lahir. Dia tidak pernah berjalan. Dia sedang duduk meminta sedekah, dan Petrus merasa terdorong oleh Roh untuk memberikan pria itu sesuatu yang lebih berharga dari emas dan perak. Katanya, “Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah.” Kisah 3:6-8.


Mukjizat yang jelas terlihat dan nyata ini mengakibatkan keheranan besar di antara orang banyak, dan ketika Petrus melihat keheranan mereka, dia menyatakan bagaimana keajaiban itu bisa terjadi, katanya: “Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan.Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua.” Kisah 3:12-16.


Sekarang, kita akan membuat aplikasinya: “Pria itu sudah lumpuh sejak dari kandungan ibunya,” tidak mampu menolong dirinya sendiri. Dia rindu untuk bisa berjalan, tetapi dia tidak dapat melakukannya. Seperti raja Daud, kita semua juga dapat berkata, “(51-7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Mazmur 51:5. Sebagai hasilnya, secara alamiah kita sangat lemah, kita tidak dapat melakukan hal yang kita ingin lakukan. Seperti pria itu, tahun-tahun yang bertambah makin membuat dia lebih sukar untuk dapat berjalan sebab tubuhnya bertambah berat sementara kakinya tetap lemah. Demikian juga dengan perbuatan dosa kita yang berulang-ulang. Semakin bertambah usia, semakin kuat dosa dalam diri kita. Tampaknya mustahil bagi pria itu untuk dapat berjalan; namun nama Kristus, oleh iman, memberinya kesadaran dan kebebasan sempurna dari kelemahannya. Demikian juga, oleh iman di dalam Dia, kita dapat dikuatkan dengan penuh dan dapat disanggupkan untuk melakukan hal yang tampak mustahil bagi. Sebab hal-hal yang tak mungkin bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Dia adalah Pencipta itu. “Bagi mereka yang tidak kuat, akan ditambahkan kekuatan.” Salah satu mukjizat iman yang menakjubkan, seperti yang ditunjukkan dalam sebutan kuno, “Oleh karena kelemahan justru dijadikan kuat.”


Dalam contoh-contoh di atas, kita dapat melihat bagaimana Allah membebaskan dosa-dosa mereka yang percaya pada-Nya. Sekarang marilah kita memikirkan bagaimana kebebasan itu dijaga. Kita melihat bahwa secara lahiriah kita semua adalah hamba-hamba dosa dan Setan, dan segera setelah kita berserah kepada Kristus, kita dilepaskan dari kuasa Setan. Paul berkata, “Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” Roma 6:16. Jadi, segera setelah kita dibebaskan dari perhambaan dosa, kita menjadi pelayan Kristus. Adalah benar bahwa tindakan yang menyebabkan kita bebas dari kuasa dosa sebagai jawaban dari iman kita, adalah bukti penerimaan Allah terhadap kita, sebagai pelayan-pelayan-Nya. Benar bahwa kita menjadi pelayan-pelayan Kristus yang berhutang; tetapi dia yang menjadi pelayan Tuhan itu menjadi seorang yang bebas, sebab kita dipanggil kepada kebebasan (Galatia 5:13), dan dimana Roh Tuhan ada, di situ ada kebebasan (2 Korintus 3:17).


Masalah selanjutnya adalah, Setan tidak cenderung mudah menyerahkan hamba-nya. Dia akan datang lengkap dengan cambuk sengit pencobaan untuk menuntun kita kembali kepada perhambaan-nya. Melalui pengalaman pahit, kita tahu bahwa dia lebih kuat dari kita dan tanpa pertolongan, kita tidak mampu menolak-nya. Dengan rasa takut terhadap kuasa-nya, kita berseru untuk mendapatkan pertolongan. Dan kita teringat bahwa kita bukan lagi hamba Setan. Kita telah menyerahkan diri kita kepada Allah, dengan demikian Dia telah menerima kita sebagai pelayan-pelayan-Nya. Jadi, kita dapat berseru bersama sang Pemazmur, “Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku!” Mazmur 116:16. Fakta bahwa Allah telah melepaskan ikatan-ikatan yang Setan lingkarkan di sekeliling kita – dan Dia melepaskan kita apabila kita percaya pada-Nya – adalah bukti bahwa Allah akan menjaga kita, sebab Dia selalu menjaga pelayan-pelayan-Nya, dan kita mendapat jaminan bahwa Dia yang telah memulaikan pekerjaan yang baik di dalam kita  “akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” Filipi 1:6. Dan dengan keyakinan penuh, kita menjadi kuat untuk melawan pencobaan.


Sekali lagi, jika kita menyerahkan diri kita menjadi pelayan-pelayan Allah, kita adalah pelayan-pelayan-Nya, atau dengan kata lain, kita adalah alat-alat kebenaran di dalam genggaman-Nya. Baca Roma 6:13-16. Kita tidak lemah, tanpa nyawa, atau hanya sebagai alat bodoh seperti yang digunakan dalam pertanian, dimana alat-alat itu tidak dapat mengatakan bagaimana cara penggunaannya, tetapi kita adalah alat-alat yang hidup, cerdas, bebas untuk memilih apa pekerjaan kita. Namun, sebutan “alat” mengartikan suatu sarana – sesuatu yang dengan sepenuhnya diatur oleh ahli tukang. Perbedaan antara kita dan alat-alat sarana mekanis itu adalah, bahwa kita dapat memilih siapa yang akan menggunakan kita dan pekerjaan apa yang akan kita lakukan, tetapi karena kita telah menentukan pilihan kita dan menyerahkan diri kita ke dalam tangan si Tukang, kita sepenuhnya berada di dalam genggaman-Nya sama seperti alat-alat mekanis itu yang tak dapat mengatakan bagaimana seharusnya kita dapat digunakan. Ketika kita menyerahkan diri kepada Allah, kita ada dalam tangan-Nya seperti tanah liat dalam tangan sang tukang pot, yang berarti Dia dapat membentuk kita sesuai kehendak-Nya. Kehendak kita terletak pada hak kita untuk memilih apakah kita akan membiarkan Dia mengerjakan apa yang baik di dalam kita.


Ide bahwa kita adalah alat-alat dalam genggaman Allah adalah merupakan penolong yang hebat bagi kemenangan iman, apabila kita sepenuhnya memahaminya. Sebab, apa yang akan dapat dilakukan oleh alat-alat tersebut, semata-mata tergantung pada siapa yang memegangnya. Contohnya, sebuah cetakan logam yang mungkin tampak kurang berguna, tetapi cetakan itu dapat digunakan sebagai alat dasar yang penting untuk menciptakan sesuatu sesuai maksud tertentu, dan dapat menjadi sesuatu yang sangat berguna. Jika alat cetak itu berada di tangan seseorang yang karakternya tidak baik, alat cetak itu mungkin akan digunakan untuk mencetak uang logam palsu. Tentu saja uang logam itu akan digunakan untuk maksud buruk. Tetapi jika alat cetak itu berada di tangan seorang yang tulus dan berbudi luhur, alat cetak itu tidak mungkin digunakan untuk maksud yang tidak baik. Demikian juga ketika kita masih menjadi pelayan-pelayan Setan, kita melakukan hal-hal yang buruk (Roma 6:20). Tetapi sekarang ketika kita telah menyerahkan diri ke dalam tangan Allah, kita tahu bahwa tidak ada kejahatan di dalam Dia, dengan demikian alat dalam tangan-Nya itu tidak mungkin akan digunakan untuk maksud-maksud yang jahat. Penyerahan diri kepada Allah haruslah menjadi suatu penyerahan penuh seperti saat kita menyerah diri kepada Setan. Rasul Paulus berkata: “Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.” Roma 6:19.


Rahasia utama untuk mengalahkan kejahatan; Pertama-tama adalah terletak pada penyerahan penuh kepada Allah dengan hati tulus yang ingin melakukan kehendak-Nya. Berikut, kita mengerti bahwa melalui penyerahan diri, kita telah diterima sebagai pelayan-pelayan-Nya; kemudian terus menjaga penyerahan kita kepada-Nya dan membiarkan diri kita tinggal dalam tangan-Nya. Sering kali kemenangan itu didapati karena kita terus mengulang-ulangi pemikiran berikut, “Oh Tuhan, sesungguhnya aku adalah pelayan-Mu; aku adalah pelayan-Mu, dan anak dari hamba perempuan-Mu; Engkau telah melepaskan belengguku.” Pemikiran ini sama saja dengan berkata-kata dengan tegas, “Oh Tuhan, aku telah menyerahkan diriku ke dalam tangan-Mu menjadi suatu alat kebenaran; biarlah kehendak-Mu yang jadi, dan bukan kehendak manusia.” Saat kita menyadari kuasa ayat Kitab Suci dan merasa bahwa sesungguhnya kita adalah pelayan-pelayan Allah, secara langsung pemikiran berikut akan terlintas dalam pikiran kita, “Baiklah, jika aku memang sebagai alat di dalam tangan Allah, Dia tidak akan menggunakan aku untuk maksud jahat, dan juga tidak akan membiarkan aku berbuat jahat selama aku tinggal di dalam tangan-Nya. Dia pasti akan menjauhkan aku dari kejahatan sebab aku tidak menjaga diriku sendiri, Dialah yang ingin menjauhkan aku dari kejahatan, dan Dia telah menunjukkan keinginan dan kuasa-Nya untuk menggenapi keinginan-Nya itu dengan memberi diri-Nya Sendiri bagi aku. Dengan demikian, aku akan dijauhkan dari kejahatan ini.” Pikiran ini akan langsung melintasi pikiran kita, dan sudah pasti bahwa pikiran ini selalu disertai dengan perasaan gembira bahwa kita akan dijauhkan dari kejahatan yang menakutkan itu. Secara alamiah, kegembiraan itu mendorong ekspresi kita dalam rasa syukur kepada Allah, dan sementara kita mengucap syukur pada-Nya, musuh kita akan menghentikan pencobaan-nya, dan damai Allah akan memenuhi hati kita. Kemudian kita mendapati bahwa kegembiraan mempercayai Allah ternyata jauh lebih berharga daripada kegembiraan yang datang dari kesenangan dosa.

Semua ini adalah demonstrasi dari kata-kata Rasul Paulus, “Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.” Roma 3:31. “Membatalkan” hukum Taurat tidak berarti merombak, sebab tidak seorang manusiapun dapat merombak hukum Allah, namun sang Pemazmur berkata bahwa hukum itu telah dirombak. Mazmur 119:126. Membatalkan hukum Allah adalah sesuatu yang lebih dari sekedar pernyataan bahwa hukum tidak ada konsekuensinya; tetapi adalah pernyataan dalam hidupnya bahwa bahwa hukum dianggap tidak ada konsekuensinya. Seseorang membatalkan hukum Allah saat dia membiarkan hukum itu tidak berkuasa dalam kehidupannya. Secara ringkas, membatalkan hukum Allah yaitu melanggarnya; tetapi hukum itu sendiri, dilanggar atau tidak, akan tetap sama. Pembatalan itu hanya mempengaruhi individu pribadi itu sendiri saja.


Oleh sebab itu, ketika sang Rasul berkata bahwa dia tidak membatalkan hukum Allah oleh karena iman, tetapi sebaliknya, dia meneguhkannya, maksudnya adalah, iman tidak menuntun kepada pelanggaran hukum, tetapi menuntun kepada penurutan. Tidak, seharusnya kita tidak mengatakan bahwa iman menuntun kepada penurutan, kita harus berkata bahwa iman itu sendiri adalah penurutan. Iman meneguhkan hukum di dalam hati. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.” Jika segala sesuatu yang kita harapkan adalah kebenaran, iman meneguhkannya. Iman tidak menutun kepada antinomianisme (doktrin yang mengajarkan bahwa hukum moral tidak diwajibkan lagi sebab satu-satunya yang diperlukan untuk selamat hanyalah iman), iman bahkan satu-satunya hal yang bertentangan dengan antinomianisme. Tidak peduli betapa seseorang dapat berbangga dalam penurutan hukum Allah; jika dia menolak dan mengabaikan iman mutlak dalam Kristus, keadaannya tidak lebih baik daripada seorang yang sengaja melanggar hukum itu. Orang yang beriman itu sendiri adalah orang yang benar-benar menghormati hukum Allah. Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6); oleh iman, tidak ada yang mustahil (Markus 9:23).


Benar bahwa iman dapat melakukan hal-hal yang mustahil, dan satu-satunya hal yang Allah wajibkan untuk kita lakukan. Ketika Yosua berkata kepada bangsa Israel, “Kamu tidak dapat melayani Tuhan.” Dia mengatakan hal yang benar, namun adalah fakta bahwa Allah mewajibkan mereka melayani Dia. Tidak ada di antara manusia yang berkuasa untuk melakukan kebenaran, walaupun manusia mau melakukannya (Galatia 5:17); sebab itu, adalah hal yang salah jika kita berkata bahwa hal yang Allah inginkan dari kita adalah, kita melakukan yang terbaik sesuai kesanggupan kita. Orang yang pengertiannya tidak melebihi perkataan dari kalimat di atas, sesungguhnya tidak melakukan pekerjaan Allah. Tidak. Dia harus melakukan hal yang lebih baik daripada menggunakan kesanggupannya sendiri. Dia harus melakukan hal yang hanya sanggup dilakukan oleh kuasa Allah yang bekerja melalui dirinya. mustahil bagi seorang manusia untuk berjalan di atas air, namun Petrus dapat melakukannya ketika dia menunjukkan iman dalam Yesus.


Sebab semua kuasa di surga dan di bumi berada dalam tangan Kristus dan kuasa ini selalu tersedia bagi kita apabila dibutuhkan, bahkan oleh iman, Kristus Sendiri datang untuk tinggal dalam hati kita, tak ada alasan bagi kita untuk mencari kesalahan Allah dalam mewajibkan kita untuk melakukan hal yang mustahil; “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” Lukas 18:27. Sebab itu, dengan yakin kita dapat berkata, “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Ibrani 13:6.


“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Roma 8:35,37. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Roma 8:38-39.

 

 

www.agapekasih.org