Para dokter dan para pengacara di Jerman yang dipimpin oleh Dr. Bärbel Ghitalla, mengadakan tes darah dari pasien-pasien yang telah menerima vaksin-Covid19, sebab mereka ingin menolong para pasien itu setelah mereka menderita efek dari vaksin. Dr. Ghitalla juga berhasil mendapatkan sampel dari vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson, dan berikut adalah hasil analisa Dr. Ghitalla yang didiskusikannya dengan rekan-rekannya, Dr. Axel Bolland, dan dua pengacara; Holger Fischer dan Elmar Becker.
Dr. Jane Ruby, dalam The Stew Peters Show, adalah seorang yang pertama yang melaporkan berita tentang hasil tes darah oleh Dr. Ghitalla dan rekan-rekannya di Jerman itu. Poin-poin penting yang diringkas oleh Dr. Ruby adalah sebagai berikut:
Sampel darah dari mereka yang divaksin menunjukkan bahwa sel darah merah (Red Blood Cell “RBC”) menjadi positif (negatif = menyanggupkan sel-sel darah berdiri sendiri), hal ini mengakibatkan sel-sel darah merah tersebut menumpuk bersama-sama. Yang biasanya menunjukkan tipe darah yang mengandung kanker, yang disebut dengan formasi ‘rouleaux’. Jadi, vaksin merubah elektron dalam sel-sel darah merah dari negatif menjadi positif.
Terihat bentuk kepingan melingkar yang berwarna metal kemilau yang tampak jelas sebab kepingan-kepingan itu tidak meresap cahaya sebagaimana layaknya sel darah merah.
Para dokter dan para pengacara Jerman itu berpendapat bahwa itu menunjukkan aktivitas trombotik atau pembekuan darah. Tingkat formasi-formasi rouleaux dalam sampel darah ini tergolong “parah”. Jadi ini adalah kasus kerusakan sel-sel darah merah dalam tingkat tinggi.
Dari sampel vaksin Johnson dan Johnson yang diteliti oleh Dr. Ghitalla, dia dapati bahwa ada struktur/garis-garis kaku dengan titik-titik putih di antara garis-garis tersebut.
Para pengacara tersebut sependapat bahwa informasi tentang vaksin ini tidak transparan, dan tidak prihatin bahwa pasien sama sekali tidak mengetahui efek sampingannya.
Pada konferensi medis di Belanda, dia dapati bahwa hasil tes darah serupa sedang diperbincangkan; beberapa sampel darah bahkan menunjukkan sel-sel biru dan merah, dimana hal ini bukan sel-sel darah organik. “Dengan menghubungkan poin-poin ini, kami dapati bahwa pasien-pasien itu semua telah menerima vaksin-Covid”. Kata Dr. van Welbergen.
Keterangan Gambar: Kiri: Formasi sel darah sehat, tidak menunjukkan gejala pembekuan darah. Kanan: “Untaian-untaian atau tabung-tabung ini terlihat kosong—sangat ganjil. Jika diperbesar, dapat dilihat beberapa sel dalamnya tetapi kami tidak tahu apakah itu adalah struktur kristal atau organik. Beberapa sel yang masih sehat kami lingkari. Yang lain sudah retak dan patah—sel-sel itu sudah mati. Ini bukan darah yang sehat. Kami melihat hal ini berulang-ulang kali.” Dr van Welbergen (Sumber Gambar Heart Publications).
Pendahuluannya berkata: Para peneliti menggunakan teknologi tertentu (fluorescence) yang memungkinkan terlihatnya sel-sel darah merah dan putih di bawah mikroskop. Gambar pertama yang anda lihat dengan latarbelakang biru adalah sel-sel darah merah dari seorang pasien yang sehat.
Para pakar itu bertanya pada diri mereka sendiri, “apakah darah mereka berbeda sebelum dan sesudah vaksinasi?” Berikut adalah salah satu hasil analisa mereka:
Keterangan Gambar: Gambar kiri adalah darah individu tanpa vaksin. Gambar kanan adalah darah individu yang divaksin.
Poin-poin penting yang didiskusikan dalam video ini adalah:
Pada waktu ke 3.45 menit, mereka katakan bahwa analisa darah yang dilakukan, secara statistik cukup bahwa pasien-pasien yang divaksin menunjukkan rendahnya sel-sel darah putih, pengelompokan sel-sel darah merah; dan pembekuan yang berlebihan.
Pada menit ke 33, seorang ahli radiologi menerangkan tentang hasil penelitiannya, bahwa serangan stroke biasanya terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah mendapatkan injeksi mRNA (vaksin yang mengandung pembawa RNA); dan tentu saja akan ada konsekwensi jangka panjang limfosit dan sel-sel darah merah, memungkinkan terjadinya leukemia dan limfomas. Katanya bahwa banyak pasien yang datang berkonsultasi akhir-akhir ini, tentang emboli paru-paru, penggumpalan darah, dan banyak gejala yang disebabkan oleh pembekuan darah yang berlebihan.
Sudah Banyak Amaran
Sudah banyak amaran dari banyak sumber berasal dari beberapa negara tentang pembekuan darah yang disebabkan oleh injeksi Covid ini. Ada banyak kesaksian pribadi yang menyedihkan dari pasien-pasien yang menjadi korban injeksi. Berikut adalah tautan tentang berita dan kesaksian-kesaksian mereka (dalam bahasa Inggeris):
Masih banyak lagi propaganda dan penyensoran yang sedang terjadi di seluruh dunia, contoh di atas hanyalah salah satu darinya.
Berikut adalah gambar otopsi organ otak dari seorang yang meninggal karena divaksin, gambar diambil dari video “Autopsy of death by LCA (“autopsia de muerte por ACV”) yang disensor oleh media: Klik di sini untuk melihat videonya.