Agape Kasih

View Original

Jika Yesus Allah, Mengapa Bisa Mati?

Jika Yesus Allah,
Mengapa Bisa Mati?

 Oleh Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org

Saya banyak mengamati perdebatan antara kaum Muslim dan Kristen Trinitas di internet, dan berikut adalah kalimat yang selalu digunakan oleh saudara-saudara kaum Muslim untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Allah: “Jika Yesus Kristus adalah Allah, mengapa Dia bisa mati? Allah tidak dapat mati!” dan nampaknya kaum Kristen Trinitas tidak dapat memberikan jawaban Alkitabiah yang jelas dan tegas. Betapa sedihnya melihat jauhnya ajaran Kekristenan telah lari dari doktrin dasar di mana gereja Kristus seharusnya berdiri.

“Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Matius 16:15-18.

Ayat di atas menunjukkan doktrin dasar Kristus dimana Gereja-Nya harus didirikan; yaitu Yesus Kristus adalah benar-benar Anak Allah. Nampaknya Lusifer tidak menyenangi fakta ini. Berbagai cara telah dia lakukan untuk menyembunyikan kePuteraan Kristus yang sebenarnya. Sebelum bumi diciptakan, Yesus Kristus yang bernama Mikhael, sudah disebut Anak Allah. Kelahiran Kristus dari Allah Bapalah yang membuat Dia berhak mewarisi KeAllahan/KeIlahian Bapa. Hal ini membuat Lusifer cemburu (baca juga artikel ini: “Mengapa Dosa Diizinkan”).

Memang ada denominasi Kristen tertentu yang mengartikan bahwa Gereja Kristen didirikan di atas nama Petrus yang dalam bahasa Gerika (Petros-G4074) berarti “batu,” tetapi sesuai dengan konteks ayat tersebut di atas, Yesus sedang berbicara tentang Diri-Nya, Dia sedang menanyakan apakah murid-murid-Nya tahu dan percaya bahwa Dia adalah benar-benar Anak lahir Allah yang hidup. Topik diskusi saat itu bukan tentang identitas Petrus, tetapi tentang identitas Yesus. Kristus adalah batu karang itu (1 Korintus 10:4). Yesus Kristus-Anak Allahlah dasar Gereja Kristen. Bukan Petrus-manusia biasa. Doktrin dasar inilah yang hilang dari Gereja yang mengaku Kristen. Sesuai sejarah yang benar, Gereja Kristen mula-mula percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang benar-benar lahir dari Bapa (Untuk pelajaran selanjutnya tentang topik ini, klik artikel berikut: “Penyerangan Atas Fondasi Kekristenan” Bab 3 dari buku: “Kasih Allah Sedang Diadili”).

Sekali lagi, menurut ayat di atas, fondasi Gereja Kristen seharusnya berdiri di atas iman Yesus Kristus sebagai Anak lahir Allah Bapa (Yohanes 1:14,18; dan 3:16,18), dan bukan di atas iman yang mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah secara kiasan, metafora atau lambang saja (seperti ajaran Trinitas). Menurut pengamatan saya, hal inilah yang menyebabkan kaum Trinitas Kristen tidak akan pernah mampu memberikan jawaban Alkitabiah yang jelas dan memuaskan atas tantangan dari kaum Muslim tersebut. (Untuk pelajaran selanjutnya tentang Anak Lahir Bapa, klik artikel berikut: “Diperanakkan/Begotten” , “Kristus Dilahirkan Bukan Diciptakan” dan Yesus sudah disebut Anak Allah sebelum bumi dan dosa ada--klik artikel berikut: “Mengapa Dosa Diizinkan?”).

Sebenarnya jawabannya sangat sederhana. Yesus bisa mati sebab Dia adalah Anak Allah dalam arti literal/harafiah. Bapa adalah satu-satunya Sumber Hidup. Sumber Hidup itu melahirkan/mengeluarkan Firman-Nya. Firman itu menjadi makhluk hidup yang bukan saja hanya dapat didengar tetapi dapat dilihat oleh seluruh makhluk hidup di alam semesta. Rupa dan wajah dari Firman Allah itu mirip sekali dengan Bapa-Nya (Ibrani 1:3), sebab mereka adalah benar-benar Bapa dan anak. Oleh sebab Yesus keluar dari Bapa, maka Dia bukan Sumber Hidup itu, melainkan berasal dari, atau menerima hidup dari Sumber Hidup itu sendiri.

“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” 1 Korintus 8-6.

“Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” Yohanes 5:26.

Allah Bapa tidak dapat mati (1 Timotius 1:17) sebab Dia adalah Sumber Hidup yang Kekal. Kata kekal itu sendiri berarti selamanya tidak mati. Ibarat suatu sumber/mata air, apakah yang akan terjadi pada semua makhluk dan tumbuhan yang hidup di seluruh alam semesta ini yang hidupnya bergantung pada satu sumber mata air, dan mata air itu tiba-tiba mati? Tentu saja semuanya akan mati juga. Oleh karena Yesus bukan Sumber hidup itu melainkan Saluran hidup, maka Yesus bisa mati tanpa mengakibatkan kematian seluruh planet lain di alam semesta ini yang tidak jatuh ke dalam dosa.

Perhatikan ke dua ayat di atas, Yesus berkata bahwa Dia menerima hidup-Nya dari Bapa. Dia tidak pernah mengatakan bahwa Dia adalah Sumber Hidup itu. Dia berkata bahwa Dia adalah satu-satunya saluran atau jalan kepada Sumber Hidup itu:

“Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yohanes 14:6.

Yesus berkata bahwa Bapa lebih besar dari semua:

Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Yohanes 10:29.

“Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.” Yohanes 14:28.

Kebanyakan para penganut Trinitas tidak menerima ajaran Kristus dalam Yohanes 14:28 dan Yohanes 5:26 sebagai ajaran literal. Mereka menganggap bahwa Yesus berkata-kata dalam bahasa kiasan saja, sebab mereka harus mengakomodasikan ajaran mereka. Tetapi hal ini merupakan suatu kesalahan besar! Manusia tidak cukup bijak untuk menentukan mana perkataan Kristus yang literal mana yang kiasan. Tugas kita adalah mempelajari Alkitab sesuai dengan konteksnya, dan  membandingkan Alkitab dengan Alkitab, bukan membandingkan dengan konsep kita sendiri.

Dalam konkordansi “Strong,” kata hidup dalam Yohanes 5:26 berasal dari kata Gerika ZOE (G2222) yang berarti hidup selamanya atau hidup kekal. Hidup kekal atau zoe inilah yang terputus ketika Adam jatuh ke dalam dosa. Oleh sebab itu, setelah kejatuhan manusia (Adam), proses kematian kita mulai terjadi. Adam yang diciptakan dengan hidup kekal (zoe) sama seperti hidup Allah Bapa, berubah menjadi hidup sementara atau fana, yaitu hidup yang terputus dari Sumber Hidup. Hidup yang fana ini diterjemahkan dari kata Gerika PSUCHE (G5590) dan digunakan untuk menggambarkan hidup manusia dalam keadaan yang terputus dari Sumber hidupnya. Kata hidup yang fana atau psuche ini digunakan dalam ayat-ayat berikut:

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” Matius 6:25.

“Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja.” Markus 3:4.

“Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” Markus 8:35.

“Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian.” Lukas 12:23.

“Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!”” Yohanes 13:37.

Jadi, hidup Allah Bapa adalah hidup yang kekal (zoe). Hidup manusia berdosa adalah hidup yang fana (psuche). Sebagai Anak Allah secara lahiriah, Yesus Kristus mewarisi hidup kekal (zoe) . Adam juga diciptakan lengkap dengan hidup kekal (zoe) sebelum kejatuhan-nya, tapi karena Adam hanyalah anak Allah yang diciptakan—tidak dilahirkan oleh Bapa, maka Adam tidak mewarisi hakikat dan otoritas yang sama dengan Yesus Kristus. Rasul Paulus memberi perbedaan yang jelas antara Adam (manusia) yang pertama dan Yesus Kristus sebagai Adam (manusia) terakhir:

“Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.” 1 Korintus 15:45.

Perhatikan bahwa, Adam yang pertama diciptakan untuk menjadi seorang makhluk hidup. Tetapi Yesus Kristus, dalam inkarnasinya menjadi manusia, memiliki roh yang mampu memberikan hidup kepada kita. Yesus mengatakan hal yang sama, bahwa Dia adalah hidup itu (Yohanes 14:6). Kata hidup dalam Yohanes 14:6 ini adalah kata Zoe (G2222) yang berarti hidup kekal.

Setelah kejatuhan Adam, tidak seorang manusiapun yang memiliki hidup kekal (zoe) lagi. Kita semua mewarisi hidup yang fana (psuche) sebab hidup kita sudah terputus dari Sumber hidup kekal (zoe) Bapa. Dan inilah misi utama Kristus ketika Dia datang ke planet bumi ini; yaitu menyambung kembali hidup fana (psuche) kita kepada hidup kekal (zoe) Bapa seperti sebelum kejatuhan Adam yang pertama di Taman Eden.

Poin yang penting di sini adalah; kelahiran Yesus Kristus secara literal atau harafiah itulah yang membuat Dia memiliki hakaikat hidup yang SETARA atau SAMA dengan Bapa, yaitu hidup kekal (psuche), dan otoritas yang setara dengan Bapa, sebab Dia juga adalah Allah di dalam sifat dasar-Nya. Dia berkuasa memberi kehidupan kekal (zoe) yang sama kepada siapa saja yang percaya kepada-Nya sebagai Anak yang benaar-benar lahir dari Allah Bapa (Yohanes 6:33,51; 3:15-16,36). Dia adalah Allah dalam hakikat dasar-Nya, tetapi dalam pribadi, Dia adalah Anak Allah (Untuk pelajaran mendalam, klik tautan berikut “Yesus Kristus Adalah Allah”). Dalam rencana penebusan manusia, Yesus Kristus rela memberi nyawanya untuk mati, pada saat yang sama, dia juga memiliki otoritas untuk menerima kembali nyawa-Nya dari Bapa. Hal ini dapat terjadi oleh karena Dia adalah Anak lahir Bapa.

“Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku dapat menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa menerimanya kembali. Inilah firman yang Kuterima dari Bapa-Ku.” Yohanes 10:17-18 (diterjemahkan dari KJV).

Allah Bapa itu kekal (1 Timotius 1:17). Allah Bapa sebagai sumber hidup kekal (zoe) tidak dapat mati. Kristus adalah Anak Allah--saluran hidup kekal (zoe). Sebagai Anak Allah, Dia dapat mati dengan cara berinkarnasi. Inkarnasi adalah pernyataan kasih Bapa yang terbesar dan tertinggi dalam rencana penebusan umat manusia. Yesus rela menanggalkan hidup kekal (zoe)-Nya, dan datang ke bumi ini, lahir dari seorang ibu manusia dan mewarisi hidup fana (psuche) agar Dia dapat menyerahkan sekaligus mengakhiri hidup fana (psuche) ini. Ayat-ayat berikut menggambarkan hidup yang fana (psuche) yang Yesus warisi dari ibu-Nya dalam inkarnasi-Nya.

“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."” Matius 20:28.

“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."” Markus 10:45.

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yohanes 15:13.

Yesus rela menanggalkan hidup kekal-Nya (zoe G-2222) di dalam tangan Bapa. Segala sesuatu yang Dia lakukan di Bumi, adalah Bapa yang bekerja di dalam-Nya (Yohanes 14:10-11). Namun, oleh karena Dia adalah juga adalah Anak lahir Bapa, Dia tetap memiliki hakikat roh Bapa. Pelajari ayat-ayat berikut, dimana Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia (Matius 8:20; 9:6; 10:23; Markus 2:10, 28; Lukas 5:24; 6:5, 22; 7:34 dll), tetapi pada saat yang sama, Dia juga menyebut Diri-Nya sebagai Anak Allah (Yohanes 3:18; 5:23; 9:35; 10:36 dll). Untuk pelajaran selanjutnya tentang dua kodrat hakikat Yesus Kristus, klik tautan berikut: “Kemanusiaan Kristus.”

Simaklah ayat-ayat berikut yang mengatakan bahwa Yesus Kristus memiliki hidup kekal (Zoe-G2222):

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” Yohanes 1:4.

“Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:15.

“Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” Yohaens 6:33. “Akulah roti hidup.” Yohanes 6:48.

“Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Yohanes 11:25.

“Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Kolose 3:4

P e n u t u p

Yesus Kristus dapat mati karena Dia bukan sumber, melainkan saluran hidup kekal itu. Dia berhak untuk menyerahkan hidup kekal-NYA, dan dengan sukarela berinkarnasi mewarisi hidup yang fana ibu-Nya agar Dia dapat mengakhiri hidup fana itu, dan menjadi saluran hidup kekal bagi manusia. Jadi, yang mati di kayu Salib itu adalah Anak Manusia dan Anak Allah di dalam satu tubuh. 

Semoga anda dapat melihat betapa PENTINGNYA doktrin dasar yang Yesus Kristus pesankan kepada para murid-Nya itu: bahwa Dia adalah benar-benar Anak Allah yang hidup itu.

 Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
01 Mei 2021