Para Pionier Advent & Hari Raya Yahudi

Para Pionir Advent & Hari Raya Yahudi

Diterjemahkan oleh :
Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org

Pada artikel sebelumnya yang berjudul: “Ny. White & Hari Raya Yahudi”, kita telah membaca bahwa Ny. White tidak mengajarkan bahkan tidak pernah mempraktekkan pemeliharaan hari raya bangsa Yahudi. Dalam artikel ini, kita akan melihat apa yang dipercaya dan diajarkan oleh para pionir Gereja Advent mula-mula.

Sebelum kita manyimak kutipan-kutipan para pionir kita itu, simaklah apa yang dikatakan oleh Ny. White tentang mereka.

“Allah telah memberikan terang sehubugan dengan majalah kita. Apakah itu?—Dia berkata bahwa yang mati harus tetap berbicara. Bagaimana? –hasil kerja mereka akan mengikuti mereka. Kita harus mengulang kata-kata para pionir dalam pekerjaan kita, mereka yang tahu betapa berharganya upaya mencari kebenaran seperti harta yang tersembunyi, dan mereka yang sudah berupaya untuk meletakkan fondasi pekerjaan kita. Mereka maju selangkah demi selangkah di bawah pengaruh Roh Allah. Satu per satu dari para pionir meninggalkan dunia. Firman yang diberikan pada saya adalah, biarlah apa yang telah dituliskan oleh para pionir di masa lampau, agar diterbitkan kembali.”— (E.G. White, Review and Herald, May 25, 1905).

Kutipan-kutipan berikut adalah kumpulan dari tulisan beberapa pionir Gereja Advent, pada saat mereka harus membela doktrin penyucian Sabat Hari Ketujuh Tuhan, dan membandingkan dengan hari-hari sabat bangsa Yahudi.

Uriah Smith

“Hari-hari raya (Yahudi), bulan-bulan baru dan hari-hari raya sabat adalah bayang-bayang yang terhapus di kayu salib, Allah menyatakan bahwa hal itu telah Dia tiadakan.”— (Uriah Smith, The Biblical Institute, hal. 139).

James White

“Semua hari sabat bangsa Yahudi telah berhenti, ketika Kristus memakukannya di kayu salib-Nya. Kolose 2:14-17. ‘Menghapuskan tulisan dari ketentuan-ketentuan yang mendakwa kita, yaitu yang berlawanan dengan kita, dan menyingkirkannya dari jalan kita, memakukannya di salib-Nya; dan merombak pemerintahan-pemerintahan dan kuasa-kuasa, secara terang-terangan mendemonstrasikannya, memenangi mereka dalamnya. Janganlah ada seorangpun menghakimi engkau dalam makanan, atau dalam minuman, atau dalam hal yang berhubungan dengan hari raya, atau bulan baru, atau hari-hari sabat, yang adalah bayangan akan apa yang akan datang; tetapi tubuh adalah dari Kristus.’ (Diterjemahkan dari KJV). Hari-hari itu benarlah disebut hari-hari sabat Yahudi. Tetapi Sabat yang kami kabarkan, disebut Allah sebagai ‘Sabat-SabatKu.’ Di sini terdapat perbedaan jelas antara Sabat penciptaan dan sabat upacara. Yang satu adalah kekal; yang satu lagi hanyalah bayang-bayang dari hal-hal baik yang akan datang, dan terbatas dalam Kristus.”— (Dikutip oleh Bpk. James White dalam Life Incidents, Hal. 284-286).

“Hari-hari raya (Yahudi), bulan-bulan baru dan hari-hari sabat dari hukum upacara, yang Paulus nyatakan sudah ditiadakan sebagai akibat dari peniadaan undang-undang dimaksud, khususnya yang jelas terlihat, bahwa Sabat Tuhan tidak termasuk di dalamnya sesuai dengan fakta-fakta yang nyata.”— (James White, Advent Review and Sabbath Herald, 18 Februari 1862)

“Umat Kristen di Roma bekerja di bawah banyak kendala, sama seperti mereka di gereja-gereja yang lain. Banyak di antara mereka masih memegang tradisi-tradisi Yahudi dalam hal makanan, dan hari-hari raya. Yang lain menolak tradisi-tradisi itu. Kendala terbesar Paulus dengan mereka adalah, saling menghakimi satu dan yang lain, dan membuat tradisi-tradisi itu sebagai suatu bukti keanggotaan Kristen.”— (James White, The Present Truth, Juli 1849 hal.8.6)

“Hari Sabat Tuhan Allah kita sudah dilembagakan pada penciptaan, sebelum kejatuhan, ketika bumi dan manusia masih suci, dan Eden masih berkembang di atas bumi. Pertemuan hari-hari sabat Yahudi diberikan di Gunung Sinai, lebih dari 250 tahun kemudian, dan merupakan bagian dari tulisan akan ketentuan-ketentuan hukum Musa yang dipakukan di salib pada kematian Mesias.”— (James White, The Present Truth, Agustus 1849, Hal. 9.12)

“Kenyataan bahwa ada yang mengajarkan tradisi-tradisi Yahudi kepada gereja Kristen dan menghakimi mereka dengan tradisi-tradisi itu, menyebabkan Rasul itu menulis dengan cara demikian kepada umat-umat di Galatia, Roma dan Kolose tentang subyek ini.”— (James White, The Present Truth, Agustus 1849, hal.9, par.13)

“Perjanjian yang pertama dimana terdapat “tata cara dari upacara Ilahi dan kaabah di dunia,” adalah suatu bayangan dari perjanjian yang kedua dan lebih baik. Hukum adalah bayangan, dan Injil adalah bentuk fisik, yang memberi bayangan; dan ketika semua bayangan mencapai bentuk fisiknya, dan tidak melebihinya, jelaslah bahwa kurban-kurban dan persembahan-persembahan, bulan-bulan baru, hari-hari raya dan hari-hari Sabat bangsa Yahudi berhenti, ketika tubuh yang mulia dan darah dari Anak Domba Allah itu dikorbankan di atas salib. Inilah yang dimaksud Paulus dengan “memakukannya di salib-Nya.”— (James White, The Present Truth, Agustus 1849, hal. 9. par.5)

“Beberapa orang menganggap bahwa hari-hari Sabat Yahudi, bulan-bulan baru, dan hari-hari raya sudah ditiadakan dan dipakukan di kayu salib, tapi yang lain tidak beranggapan sama. Paulus tidak mungkin membiarkan jemaat Kolose dihakimi oleh para rabi Yahudi, demi hal-hal yang sudah dihentikan, sesuai dengan kesaksian Nabi.” — (James White, The Present Truth, Agustus 1849, hal. 9, par. 7)

“Pada akhirnya, fakta bahwa umat Kristen mula-mula punya masalah dengan mereka yang mengajarkan untuk harus memelihara hukum Musa untuk diselamatkan, menunjukkan apa yang menjadi pokok pembicaraan Paulus, dan bahwa dia tidak mengacu pada hari Sabat; tapi pada bayang-bayang dari hukum Musa, yang mulai mencapai bentuk fisiknya ketika perjanjian baru diperkenalkan saat kematian Mesias.” — (James White, The Present Truth, Agustus 1849, hal.11, par. 4)

“Ketika Yesus dipakukan di salib, tulisan tangan dari aturan-aturan upacara ditiadakan. Marilah kita semua mengingat bahwa Rasul Paulus sudah selamanya menetapkan poin ini dalam Kolose 2:14. Pada jam ketiga pada hari itu, atau jam 9 pagi, Yesus disalibkan di salib-Nya, dan pada saat yang sama itu, apa yang harus ditiadakan pada penyaliban, selanjutnya mati.”— (James White, The Present Truth, Agustus 1849, hal.17, par.4)

‘Nabi Maleakhi, kala memaparkan tentang hari pembakaran, dan mengamanatkan mereka yang kepadanya nabi Elia akan dikirimkan sebelum kedatangan hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu, berkata, “Ingatlah kamu akan HUKUM MUSA hambaku yang Kuperintahkan padanya di Horeb untuk semua kaum Israel,” dst.-Lihat Maleakhi 4:1-4. Dari ayat-ayat Kitab Suci ini kita melihat bahwa kita tidak saja hanya ditujukan kepada hukum Musa, tetapi suatu perintah positif ditugaskan kepada kita untuk mengingatnya. Tidak untuk memeliharanya; sebab tata cara-tata cara itu dipakukan di salib; tetapi kiasan-kiasan dan bayang-bayangnya, seperti ajaran Rasul Paulus, adalah gambaran yang benar. Hal-hal itu adalah lambang yang benar dari “hal-hal yang baik yang akan datang” berkaitan dengan pelayanan Kristus di kaabah surgawi. Oleh sebab itu, hal-hal itu adalah sesuatu yang positif bagi kita, dan satu-satunya petunjuk yang pasti, yang terdapat di dalam nubuatan-nubuatan yang benar, yang menuntun kita kepada suatu pengertian yang benar akan pekerjaan Kristus di “KAABAH YANG BENAR, YANG DIBANGUN TUHAN, dan bukan manusia.”— (James White, The Present Truth, Desember 1849, hal. 42, par.4)


J.N. Andrews

“Hari-hari raya Yahudi, bulan-bulan baru, dan hari-hari sabat tahunan, dipulihkan ketika umat Ibrani kembali dari pengasingan, dan dengan beberapa kendala, dipelihara sampai kehancuran terakhir kota dan bangsa mereka oleh tentara Roma. Tetapi sebelum takdir Allah menyerang keberadaan dari hari-hari raya Yahudi ini, seluruh sistim kiasan sudah ditiadakan, setelah mencapai permulaan dari kenyataan (anti-tipe), saat Tuhan kita Yesus Kristus meninggal di salib. Tulisan tangan dari tata cara-tata cara itu ditiadakan, dan tidak seorangpun harus dihakimi sesuai dengan makanan, atau minuman, atau hari-hari kudus, atau bulan-bulan baru, atau hari-hari sabat, “yang adalah suatu bayang dari hal-hal yang akan datang; tetapi tubuh itu adalah Kristus.” Tetapi hari Sabat Tuhan tidak termasuk dalam bagian tulisan tangan dari tata cara atau ketentuan-ketentuan itu; sebab hari itu telah diinstitusikan sebelum dosa memasuki dunia, dengan demikian sebelum adanya bayang dari penebusan; hari itu telah ditulis oleh tangan Allah, bukan bagian dari kiasan-kiasan dan bayang-bayang, tetapi tertulis di hati sanubari dari hukum moral; dan sesudah hari itu dimana kiasan hari-hari sabat telah dipakukan di salib, hukum Hari Sabat dari hukum moral masih diakui dengan jelas. Lagi pula, ketika festival-festival bangsa Yahudi sama sekali dihancurkan dalam kehancuran akhir Yerusalem, saat itu hari Sabat Tuhan bahkan masih diingat dalam pikiran umat-Nya.”— (J.N. Andrews, History of the Sabbath, Bab 7)

“Saat hukum upacara dipakukan di salib, semua festival berhenti; sebab festival-festival itu dinobatkan oleh hukum tersebut; tetapi pencabutan hukum itu hanya dapat meniadakan ritus-ritus yang telah ditambahkan pada Sabat, meninggalkan lembaga asli sama persis seperti ketika hal itu datang dari Penciptanya.”— (J.N. Andrews, History of the Sabbath, Bab 7)

E.J. Wagonner

“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. Di sini dikatakan bahwa hari raya, bulan baru dan hari-hari sabat, adalah bayangan dari pekerjaan Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus merujuk pada aturan-aturan upacara yang diperkenalkan setelah kejatuhan dan janji tentang Mesias. Pasal 23 dari Buku Imamat berisi catatan dari pemberlakuan hari-hari sabat ini. Dapat dilihat bahwa hal itu berhubungan dengan makanan dan minuman (lihat ayat 27); dan selanjutnya, bahwa hari-hari sabat itu sangat berbeda dengan Hari Sabat Tuhan (ayat 38). Di Hari Sabat Tuhan, hari Ketujuh dalam minggu, tidak ada bayangan-bayangan yang menggambarkan Kristus, sebab hari itu diberikan di Eden ketika manusia pertama diciptakan, dan saat belum perlu kurban untuk dipersembahkan. Dalam tulisan buku Kolose, Paulus sedikitpun tidak merajuk kepada Hari Sabat Tuhan. Pada ayat berikutnya dia telah menyatakan bahwa hukum dari lambang dan bayangan sudah dupakukan di salib; sebab itu hanya berisi bayangan, hukum itu perlu dihentikan ketika hakekat nyata tiba; oleh sebab Paulus berkata bahwa tidak seorangpun harus dihakimi oleh melaksanakan atau tidak melaksanakan ketentuannya.”— (17 Februari 1887, E.J. Waggoner, SITI hal.103, par.22-23)

Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
03 Juni 2023