Pentingnya Kuduskan Sabat Hari Ketujuh
Oleh Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
Hari Peringatan Penciptaan Bumi
Kejadian 1:1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3) Berfirmanlah Allah: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. 4) Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5) Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (Alkitab Terjemahan Baru).
Hal-hal penting yang saya pelajari dari ayat di atas:
Terang diciptakan sebelum matahari ada. Terang itu bercahaya melampaui kegelapan yang sudah ada. Menandakan bahwa Allah itulah terang. Terang disebut Allah siang. Jadi, ciptaan Allah yang pertama bukan hanya terang saja tetapi juga hari.
Perputaran siang dan malam sudah ada sebelum bulan ada. Menandakan bahwa petang dan pagi sama sekali tidak karena bulan atau matahari.
Waktu bumi mulai berdetak di hari pertama tanpa terganggu. Menandakan bahwa waktu terus berjalan bebas dari perputaran hari maupun benda-benda terang.
Kejadian 1:14) Berfirmanlah Allah: ”Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, 15) dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. 16) Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. 17) Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, 18) dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 19) Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
Pada hari keempat, benda-benda terang yakni matahari, bulan dan bintang-bintang diciptakan. Perhatikan ayat di atas mengatakan bahwa benda-benda terang itu diberi tugas untuk memisahkan/menandai masa-masa (dari kata Ibrani Moed-H4150), hari (Yom-H3117) dan tahun (Shaneh-H8141). Tuhan tidak menugaskan matahari dan bulan untuk menandai putaran Minggu. Kata “Minggu” berasal dari kata Ibrani Shabua H7620 yang berarti 7 literal hari.
Pada hari keenam, Tuhan menciptakan manusia (Kejadian 1:26-31). Di hari yang sama, Tuhan meletakkan fondasi lembaga perkawinan untuk yang pertama kalinya.
Pada hari ketujuh, Tuhan Allah menyatakan bahwa semua ciptaanNya tampak baik. Untuk memperingati hasil karyaNya itu, Tuhan meletakkan fondasi lembaga perbaktian yang pertama (Kejadian 2:2-3). Pada hari Ketujuh itu, Tuhan berhenti bekerja dan meluangkan waktu seharian penuh untuk bercakap-cakap dan menjawab berbagai pertanyaan Adam dan Hawa. Saya membayangkan betapa indah dan membahagiakannya waktu kebersamaan itu, saat Adam dan Hawa melepaskan waktu bersama-sama dengan Pencipta mereka, bercakap-cakap sambil menelusuri jalan yang dikelilingi oleh aneka ragam bunga dan pepohonan, aneka binatang besar dan kecil, pikiran mereka pasti dipenuhi banyak sekali keingintahuan. Kebersamaan pada hari itu pasti sangat menyenangkan dan penuh kesan-kesan indah!
Kesan kebahagiaan itulah yang dijanjikan Tuhan bagi mereka yang dengan rendah hati mau menuruti peraturanNya. Jika dengan senang hati kita menyempatkan waktu kita setiap hari Ketujuh untuk datang ke hadapan Pencipta Agung kita dengan puji dan syukur atas semua ciptaanNya buat kita, maka berkat ganda yang dijanjikan pada manusia pertama itu pasti juga akan menjadi milik kita. Sebab tidak saja hari itu istimewa karena Tuhan berhenti dan mau melepaskan waktu seharian dengan kita, Dia menguduskan dan memberkati hari Ketujuh itu (Kejadian 2:3). Selidikilah seluruh Alkitab, Anda tidak akan mendapati hari lain yang dikuduskan dan diberkati Tuhan selain pada hari Ketujuh! Sangat disayangkan, umumnya manusia termasuk mereka yang mengaku pengikut Kristus, menolak menuruti kehendak Sang Pencipta itu untuk berhenti pada hari Ketujuh!
Ketika Yesus datang ke bumi, Dia menekankan kembali bahwa selama langit dan bumi ini masih ada, tak ada satu titikpun dalam Hukum Torat yang dapat dirubah atau dihapus (Matius 5:17-19). Mengapa anda berani menganggap bahwa prinsip paling mendasar dari penciptaan bumi sesuai jabaran hukum keempat telah dihapuskan?
Prinsip utama pengudusan Hari Ketujuh adalah peringatan minggu penciptaan, supaya semua generasi manusia tidak lupa akan pekerjaan agung penciptaan bumi apalagi Artis yang mencipta bumi ini! Hari Ketujuh ibarat tugu peringatan yang harus dirayakan setiap minggu agar tidak terlupakan. Jika saja umat Kristen mengikuti perintah dari Hukum Keempat itu, tidak bakal bagi bumi memproduksi manusia-manusia ateis.
Hari Ketujuh adalah Meterai, Nama, Tanda-Tangan, Hak Cipta
Ibarat artis pelukis. Saat pelukis itu merampungkan suatu karya “master piece” lukisannya, tindakan terakhir dan terpenting yang dia lakukan adalah menuliskan nama atau menanda-tangani lukisan tersebut. Nama atau tanda-tangan itu adalah yang mengidentifikasikan siapa yang melukis lukisan itu. Nama atau tanda-tangan itu berkekuatan hukum yang dilindungi oleh undang-undang “hak cipta”. Hak cipta adalah bukti yang sah yang punya kekuatan hukum mengikat. Barangsiapa yang mencoba meniru lukisan itu, dapat dinyatakan sebagai pencuri dan dikenakan hukum yang berlaku.
Demikian juga dengan Allah. Bumi dan seluruh isinya adalah hasil karyaNya yang sah dan mengikat secara hukum dalam alam semesta. Dia menciptakan bumi selama 6 hari. Seperti sang pelukis, tindakan terakhir yang Dia lakukan ialah menulis nama atau menanda-tangani hasil karyaNya yang indah itu. Nah, Hari Ketujuh adalah tanda-tangan atau meterai dimana nama Sang Pencipta Agung itu tertulis. Hari Ketujuh adalah tanda “Hak Cipta” Allah, yang tidak dapat dirubah oleh siapapun juga.
Kalaupun Tuhan Allah ingin melakukan perubahan, penghapusan atau penambahan satu kata saja dari hukum dasar bumi dan alam semesta ini, sudah pasti Dia akan memberi firman yang jelas lengkap dengan instruksi yang menyatakan bahwa perhentian di Hari Ketujuh itu dirubah menjadi hari Minggu atau hari Jumat atau hari lain. Selidiklah seluruh Alkitab, tak satu ayatpun yang menyatakan adanya perubahan hukum Allah. Lagi pula, jika kita berpikir dengan bijak, apakah mungkin Allah mengganti hukum yang Dia Sendiri meteraikan? Apakah mungkin Dia memindahkan tugu peringatan yang merupakan satu-satunya tanda yang menandakan fakta penciptaan bumi ini? Bumi masih ada, manusia masih tinggal di bumi, sangat tidak beruntung baik bagi Sang Pencipta dan bagi manusia ciptaanNya apabila Hari Ketujuh dirubah, sebab malah hal itu hanya menyebabkan kerugian fatal bagi semua pihak! Ketika manusia melupakan Pencipta mereka, berkat-berkat baru dan limpah yang telah dijanjikan Allah bagi kita setiap minggu akan hilang, tidak dapat kita warisi. Tidakkah hal ini sangat tragis?
Ribuan tahun kemudian melalui nabi Musa, Allah menulis dengan jariNya Sendiri kesepuluh HukumNya di atas batu. Hukum yang keempat, bukan hanya yang terpanjang, bahkan kata pembukaan yang Dia gunakan adalah kata “Ingat” diikuti oleh jabaran yang paling terperinci mengapa hari Sabat Ketujuh itu sangat penting bagiNya. Bacalah ayat berikut dengan seksama:
Keluaran 20:(8) “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. (9). Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan pekerjaanmu, (10) Tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”
Jelas tertulis bahwa tujuan dasar utama dari pengudusan Sabat Hari Ketujuh adalah untuk memperingati minggu penciptaan. Itulah sebabnya Hari Ketujuh harus diperingati setiap minggu, bukan hari lain, bukan setiap hari, dan bukan pula sesuai perputaran bulan. Hari Ketujuh adalah tanda-tangan Allah di atas meterai, yang menandakan format akurat 6 hari + 1 hari, sebagai hukum pernyataan bahwa Allahlah pemegang hak cipta dari penciptaan bumi. Sangat menakjubkan bahwa manusia tampak telah dibutakan dan tidak dapat membaca apa yang jelas tertulis!
Sebagian besar umat yang mengaku Kristen, telah menghapus nama atau tanda-tangan “Hak Cipta” Allah dengan menolak menguduskan hari Ketujuh. Mereka mengutip ayat-ayat Alkitab yang kurang jelas dan membandingkannya dengan akal manusia mereka dalam menjabarkan ayat-ayat tersebut. Sebagian besar mengganti hari Ketujuh dengan hari Minggu, sebagian mengatakan hari menyembah Tuhan boleh setiap hari, dan sebagian lagi menguduskan hari sabat berdasarkan putaran bulan, bukan berdasarkan putaran minggu penciptaan.
Hal-hal yang perlu dipertanyakan:
Apakah hari perbaktian anda harmonis dengan minggu penciptaan?
Apakah hari perbaktian anda harmonis dengan ritme waktu yang mulai berdetak pada hari pertama penciptaan bumi?
Apakah hari perbaktian anda mengakui keberadaan meterai “hak cipta” Allah?
Apakah hari perbaktain anda sesuai formula Hukum Keempat yaitu: 6 hari bekerja + 1 berhenti = 7 Hari (1 Minggu)?
Apakah ayat-ayat yang anda kutip lebih jelas dibanding jabaran hukum keempat di dalam 10 Hukum?
Bersambung...
Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
06 September 2025