Sabat Hari Ketujuh Tak Pernah Berubah
/Sabat Hari Ketujuh Tak Pernah Berubah
Oleh Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
Kalender Diganti Tidak Rubah Siklus Minggu
Sekitar abad ke-46 Sebelum Masehi, Kaisar Julius memberlakukan kalendernya yang disebut Kalendar Julian yang digunakan selama kira-kira 15 abad, yang berakhir pada tahun 1582. Kaisar Julius meninggal 44 tahun sebelum Yesus lahir, tetapi kalender inilah yang sedang berlaku saat Yesus memijakkan kakiNya di bumi. Dikatakan bahwa kalender Julius kurang akurat sebab waktunya berselisih 11 menit 14 detik per tahun, yang menyebabkan tiba tahun 1582, keterlambatan waktunya sudah mencapai 10 hari saat dibandingkan dengan siklus tata surya.
Untuk mengharmoniskan perhitungan tahun dengan gerakan tata surya, para ahli astronomi menganjurkan agar Paus Gregory XIII, yakni paus yang berkuasa pada saat itu, untuk meniadakan 10 hitungan tanggal. Perubahan ini terjadi pada hari Kamis, 4 Oktober 1582. Keesokan harinya yaitu hari Jumat yang seharusnya bertanggal 5 Oktober 1582 (sesuai kalender Julian), dimajukan menjadi tanggal 15. Tetapi kendati hitungan tanggal dirubah, susunan hari-hari dalam minggu itu tetap sama. Kalender ini disebut Kalender Gregorian oleh karena perubahannya dilaksanakan oleh Paus Gregory. Silahkan simak tabel kalender berikut agar anda mendapatkan gambaran yang lebih jelas:
Perhatikan bahwa tata susunan hari tetap sama dalam minggu itu. Hanya tanggal yang dimajukan, tidak mempengaruhi aturan atau susunan 7 hari pada minggu yang sama.
Bahasa Dunia
Dr. William Mead Jones dari London, seorang pakar riset yang hidup lebih dari seratus tahun yang lalu menemukan bahwa sebanyak 108 bahasa dari 160 bahasa-bahasa dunia yang ditelitinya menyebutkan bahwa hari Ketujuh adalah hari Sabtu dalam kalender-kalender mereka. Untuk itu dia menyimpulkan bahwa hal ini mebuktikan bahwa susunan putaran minggu tidak pernah berubah sejak minggu penciptaan dalam buku Kejadian.
Contoh bahasa-bahasa dunia yang menunjukkan bahwa hari Sabtu adalah hari Ketujuh yang sama artinya dengan hari perhentian atau hari Sabat:
Bahasa Armenia: Shaphat, Bahasa Arab: Assabit, Bahasa Ibrani: Shabbath, Bahasa Gerika: Sabbaton, Bahasa Georgia: Shabati, Bahasa Latin: Sabbatum, Bahasa Rusia: Subbota, Bahasa Itali: Sabbato, Bahasa Spanyol: Sabado. Sumber: https://adventbeliefs.com/assets/BBR/12/Chart-of-the-Week-Shewing-the-Unchanged-Order-of-the-Days-and-the-True-Position-of-the-Sabbath-as-Proved-by-the-Combined-Testimony-of-Ancient-and-Modern-Languages.pdf
Ilmu Pengetahuan
Para ahli astronomi setuju bahwa putaran minggu bumi belum pernah berubah. Mereka menyatakan pula bahwa kalaupun pernah ada perubahan waktu atau hari yang terjadi di bumi, mereka dapat dengan akurat menghitung kembali menggunakan Ilmu Matematika dengan berdasarkan pergerakan bintang-bintang dalam tata surya. Hal ini sesuai apa yang tertulis dalam buku Kejadian 1:14 yang mengatakan bahwa Allah menjadikan benda-benda terang sebagai tanda yang menunjukkan hari-hari dan masa-masa. Berikut adalah pernyataan para astronomer yang dimaksudkan:
“Salah satu konfirmasi tambahan yang paling mencolok dari sejarah penciptaan yang ditulis oleh Musa, adalah penerapan umum atas pembagian waktu dalam minggu-minggu, yang membentang dari negara-negara Kristen Eropa sampai ke pantai terpencil Hindustan, dimana hal yang sama telah berlaku di antara orang-orang Ibrani, Mesir, Cina, Yunani, Romawi, dan orang Barbar utara, - bangsa-bangsa yang beberapa di antaranya memiliki sedikit atau tidak ada komunikasi satu sama lain, bahkan nama merekapun tidak dikenal oleh orang Ibrani.” Horne's Introduction, Volume 1, Hal. 69.
“Minggu telah diterapkan selama ribuan tahun dan oleh karena itu telah dikuduskan oleh penggunaannya yang tidak dapat dilupakan.” --Anders Donner, "The Report," Hal. 51, “Report on the Reform of the Calendar”, diterbitkan di Geneva, Agustus 17, 1926. (Donner adalah profesor Astronomi di Universitas Helsingfors).
“Minggu adalah periode tujuh hari. Itu telah digunakan sejak dahulu kala di hampir semua negara-negara di Timur." --The Encyclopedia Britannica, edisi 11, Vol 4, hal. 988, artikel “Calendar.”
“Sejauh yang saya tahu, dalam berbagai perubahan Kalender, tidak ada perubahan dalam rotasi tujuh hari dalam seminggu, yang telah diturunkan sejak masa-masa yang sangat awal.” --F.W. Dyson, Surat tertanggal 4 Maret 1932. (Dr. Dyson adalah Astronomer Kerajaan Inggris di Royal Observatory, Greenwich, London).
“Minggu tujuh hari telah digunakan sejak hari-hari dispensasi Musa, dan kita tidak memiliki alasan untuk mengandaikan bahwa ada penyimpangan yang telah dilakukan dalam suksesan minggu-minggu dan hari-harinya sejak masa itu hingga saat ini.” –Dr. W.W. Campbell, (Dr. Campbell adalah Direktur dari Lick Observatory, Mt. Hamilton, California, USA).
“Selama lebih dari 3000 tahun ilmu pengetahuan telah mengkaji masa lalu, dan dengan penelitian mendalam, mengungkapkan fakta bahwa dalam periode yang luas itu, panjangnya hari tidak berubah seperseratus dari satu detik waktupun”. --Jenderal O.M. Mitchell, Astronomy of the Bible, Hal. 235.
“Dengan menghitung gerhana, dapat dibuktikan bahwa tidak ada waktu yang hilang dan bahwa hari-hari penciptaan adalah tujuh, masing-masing dibagi menjadi dua puluh empat jam.” --Dr. Hinckley, The Watchman, Juli 1926. (Dr. Hinckley adalah astronomer terkenal setengah abad yang lalu).
“Tanpa menghiraukan semua permasalahan kita dengan kalender, sudah paten bahwa umat manusia tidak pernah kehilangan periode urut tujuh tahun [tujuh hari] akan hari-hari dalam minggu dan bahwa Sabat pada zaman akhir ini diturunkan pada kita dari Adam, dari zaman ke zaman, tanpa kehilangan satu putaranpun.” --Dr. Totten, (Dr. Totten adalah Profesor Astronomi di Universitas Yale, Connecticut, USA).
“Kesinambungan dari minggu itu telah melintasi berabad-abad dan semua kalender yang pernah diketahui, tetap masih utuh.” --Profesor D. Eginitis, (Dr. Eginitis adalah Direktur Observatorium Athena, Yunani).
“Adalah fakta yang asing bahwa bahkan saat ini banyak kebingungan mengenai pertanyaan tentang “waktu yang hilang”. Perubahan di masa lalu yang dibuat pada kalender telah meninggalkan kesan bahwa waktu benar-benar telah hilang. Faktanya, tentu saja perubahan dilakukan untuk membuat kalender lebih dekat sesuai dengan sifat alami tahun (matahari). Sayangnya, sekarang anggapan tentang 'waktu yang hilang' ini masih saja digunakan untuk melemparkan keraguan pada siklus Sabat Hari Ketujuh yang telah Tuhan resmikan pada Penciptaan. Saya senang dapat menambahkan kesaksian dari segi pelatihan ilmiah saya akan sifat tak terubahkan dari siklus mingguan.
Sebagai ahli komputer waktu di Greenwich [Observatorium Inggris] selama bertahun-tahun, saya bersaksi bahwa semua hari kita berada dalam kendali mutlak Tuhan—tanpa hentinya diukur oleh rotasi harian bumi pada porosnya. Periode rotasi harian ini tidak berbeda satu bagianpun dari seperseribu detik dalam ribuan tahun. Lagipula, tahun terdiri dari jumlah hari yang sangat pasti. Hasilnya dapat dikatakan bahwa tidak ada satu haripun yang hilang sejak Penciptaan, dan terlepas dari semua perubahan kalender, tidak pernah ada jeda dalam siklus mingguan.” Pernyataan dari Dr. Frank Jeffries (Dr. Jeffries adalah seorang ahli di “The Royal Astronomical Society”, dan Direktur Riset “The Royal Observatory” Greenwich, England).
Sejarah dan Budaya Bangsa Yahudi
Fakta menyatakan bahwa bangsa Yahudi masih menguduskan Sabtu Hari Ketujuh sebagai hari Sabat mereka sejak 10 Hukum diberikan di Gunung Sinai sampai saat ini. Argumen yang mengatakan bahwa kalender bangsa Yahudi sudah berubah, adalah tuduhan tanpa berbukti.
Selain bukti-bukti tulisan Alkitab Perjanjian Baru yang akan kita bahas pada topik selanjutnya; Talmud, yaitu kumpulan komentar resmi dari para rabi Yahudi, sejarawan ternama Yahudi abad pertama--bernama Flavius Josephus, dan para sejarawan Romawi, semua menulis tentang hari Sabat Ketujuh sebagai adat istiadat turun temurun bangsa Yahudi yang tak pernah berubah.
1. Talmud:
“R. Zera menjawab: bulan baru berbeda dari perayaan—Karena penyebutannya termasuk dalam berkat atas kekudusan hari itu dalam doa pagi dan sore, itu juga termasuk dalam doa tambahan. Tetapi apakah Beth Shammai menjunjung pandangan bahwa penyebutan bulan baru harus dimasukkan? Bukankah sebenarnya sudah diajarkan: Jika bulan baru jatuh pada hari Sabat, Beth Shammai memerintahkan agar kita melafalkan dalam doa tambahan delapan berkat dan Beth Hillel memerintahkan: Tujuh? Memang hal ini menimbulkan kesulitan. Talmud--Mas. Eiruvin 40b.
“Mishnah. Tulang-tulang, dan urat-urat, dan daging domba Paskah harus dibakar pada tanggal keenam belas. Jika hari keenam belas jatuh pada hari Sabat, semuanya harus dibakar pada hari ketujuh belas, agar tidak membatalkan baik hari Sabat atau perayaan.” Talmud--Pesachim 83a.
“Mishnah. Seseorang boleh mempersembahkan persembahan makanan yang terdiri dari enam puluh dari persepuluhan. Ia dapat membawanya dalam satu bejana. Jika ia berkata, "Aku harus mempersembahkan enam puluh satu dari persepuluh", ia harus membawa enam puluh dalam satu bejana dan satu dalam bejana yang lain; Karena jemaat membawa pada hari pertama hari raya pondok daun saat jatuh pada hari Sabat, enam puluh satu persepuluh sebagai persembahan makanan, sudah cukup baginya bahwa persembahan makanannya kurang dari sepersepuluh dari persembahan jemaat.” Talmud--Menachoth 103b.
2. Sejarawan Yahudi Abad Pertama Flavius Josephus:
“Jika Pompey tidak memperhatikan tentang hari-hari ketujuh, di mana orang Yahudi menjauhkan diri dari segala macam pekerjaan atas dasar keagamaan, dan membangun timbunan di tepi lembah, tapi menahan tentaranya untuk tidak berperang pada hari-hari itu; sebab orang Yahudi hanya bertindak secara bertahan pada hari-hari Sabat. Tetapi segera setelah Pompey memenuhi lembah itu, dia mendirikan menara-menara tinggi di tepi sungai, dan mendekatkan mesin-mesin yang diambilnya dari Tirus ke tembok, dan mencoba merobohkan tembok itu; tapi lemparan batu memukul mereka yang berdiri di atas menara itu, dan mengusir mereka...” The Wars of The Jews, Buku 1, Bab. 7, Par. 3 (Klik di sini untuk membaca kutipan Josephus tentang Jenderal Pompey).
“Selain itu, mereka lebih ketat daripada orang Yahudi lainnya dalam beristirahat dari pekerjaan mereka pada hari ketujuh; karena mereka tidak saja menyiapkan makanan mereka sehari sebelumnya, sehingga mereka tidak diwajibkan untuk menyalakan api pada hari itu, tetapi mereka tidak akan memindahkan bejana pun dari tempatnya, atau menaruh bangku di atasnya.” Wars of the Jews 2:147.
“Dan yang terakhir didirikan di atas puncak Pastophoria, di mana salah satu imam tentu saja berdiri, yang sebelumnya memberi isyarat dengan terompet, pada setiap awal hari ketujuh, pada petang menjelang malam, demikian juga pada petang hari ketika hari itu selesai, untuk memberi tahu orang-orang saat mereka harus berhenti bekerja, dan saat mereka dapat memulai pekerjaan mereka kembali.” Wars of the Jews 4:582.
“Ada bangsa yang disebut Yahudi, dan tinggal di kota yang terkuat dari semua kota lainnya, yang oleh penduduknya disebut Yerusalem, dan kebiasaan mereka beristirahat setiap hari ketujuh; di waktu mana mereka tidak mengangkat senjata, tidak juga mengurus peternakannya, atau urusan hidup apa pun, tetapi membentangkan tangan di tempat-tempat suci mereka, dan berdoa sampai malam.” The Works of Josephus “Against Apion”, 1:209.
Terjadilah pada waktu itu, ketika Ptolemeus, putra Lagus, datang ke kota ini dengan pasukannya, ia mengamat-amati kebiasaan tak masuk akal dari bangsa ini, dimana gantinya mereka menjaga kotanya, malah membiarkan negara mereka tunduk pada Tuhan mereka yang getir; dan hukum mereka secara terbuka terbukti telah memerintahkan suatu praktek yang bodoh.” The Works of Josephus “Against Apion”, 1:210.
“Tidak ada kota orang Yunani, atau orang Barbar atau bangsa lain manapun, dimana kebiasaan kami untuk beristirahat pada hari ketujuh tidak diketahui!” The Works of Josephus “Against Apion”, Buku 2, Hal 811, Bagian 40, Sub-bagian 282. (M’Clatchie, “Notes and Queries on China and Japan”, diedit oleh Dennys, Vol. 4, No.7-8, Hal. 100).
3. Sejarawan Romawi:
Cassius Dio, seorang sejarawan Romawi yang hidup antara tahun 155 Sebelum Masehi-229 Masehi, mencatat tentang 3 pertempuran yang dilakukan Kekaisaran Romawi dengan bangsaYahudi.
Pertempuran 1 terjadi selang waktu ketika Hyrcanus II dan Aristobulus II, yaitu dua bersaudara keturunan Maccabees, terlibat dalam pertengkaran tentang siapa yang akan memerintah dunia. Bangsa Romawi, melalui tindakan jenderal Pompeius, datang dan menyelesaikan pertengkaran itu dan memihak dengan Hyrcanus. Saat membicarakan tentang perang Pompeius, hari Sabat disebutkan dalam pembicaraan itu;
Sebagian besar kota itu, diambilnya dengan pasti tanpa kesulitan, seperti diterianya dia dalam partai hyrcanus; tetapi kaabah itu sendiri, yang telah diduduki oleh pihak lain, direbutnya hanya dengan susah payah. Karena kaabah itu berada di dataran tinggi dan dibenteng oleh tembok itu sendiri, dan jika mereka terus mempertahankannya sepanjang hari yang sama, dia bisa memilikinya. Seperti yang terjadi, mereka melakukan penggalian dari apa yang disebut hari-hari Saturnus, dan dengan tidak melakukan pekerjaan sama sekali pada hari-hari itu, memberi kesempatan pada orang Romawi dalam waktu interval itu untuk merobohkan tembok tersebut.
“Akhirnya, ketika mempelajari takhayul-takhayul mengagumkan mereka, Tidak melakukan upaya serius selama waktu yang sisa itu, tetapi pada hari-hari itu, mereka datang berturut-turut menyerang dengan kekuatan penuh. Dengan demikian para pembela itu ditangkap pada hari Saturnus, tanpa membuat pertahanan apa pun, dan semua kekayaan dijarah. Kerajaan itu diberikan kepada Hyrcanus dan Aristobulus dibawa sebagai tawanan.” Cassius Dio Roman History, 37.16.1-4.
“Demikianlah Yerusalem dihancurkan pada hari Saturnus, hari yang bahkan sekarang paling dihormati oleh orang Yahudi .” Cassius Dio Roman History, 65.7.2 (70-229 Masehi).
Cornelius Tacitus, adalah sejarawan dan politikus Romawi yang hidup antara tahun 56 – 117 Masehi. Dia menuduh bahwa bangsa Yahudi menyucikan hari Sabat karena kemalasan. Dia juga menghubung-hubungkan hari Sabat dengan berhala Romawi Saturnus:
Dikatakan bahwa mereka menyisihkan hari ketujuh untuk berhenti, sebab hari itu membawa akhir atas masalah-masalah mereka. Lalu mereka dapati bahwa kemalasan itu memikat, maka mereka berhenti juga pada tahun ketujuh untuk bermalas-malasan.
Yang lain bersikeras bahwa mereka melakukan hal itu untuk menghormati Saturnus; Entah karena prinsip-prinsip keagamaan mereka berasal dari ilah Idaei, yang seharusnya telah diusir bersama Saturnus dan menjadi leluhur orang-orang Yahudi atau karena tujuh rasi bintang yang mengatur kehidupan manusia, bintang Saturnus bergerak di orbit paling atas dan menjalankan pengaruh yang aneh, dan juga karena sebagian besar benda langit bergerak mengelilingi jalurnya dalam kelipatan tujuh. The Histories, Buku V.
Yolanda Kalalo-Lawton
www.agapekasih.org
25 Oktober 2025
