Bab 4: Meneliti Pandangan Populer Lain tentang Allah


Seri Pelajaran
Buku: God’s Love on Trial (Kasih Allah Sedang Diadili)

Bab 4

MENELITI PANDANGAN POPULER LAIN
TENTANG ALLAH

Oleh: Lynnford Beachy-presenttruth.info 
Terjemahan Bebas: Yolanda Kalalo-Lawton-agapekasih.org

“Apakah anda percaya Trinitas?” pertanyaan ini lazim ditanyakan dalam rangka mengukur tingkat keortodoksian Kekristenan. Tapi apabila pertanyaan ini benar-benar dimengerti, anda mungkin akan kaget dengan jawabannya. Banyak orang berpikir bahwa jika seseorang percaya pada Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka dia percaya pada Trinitas. Tetapi sebenarnya banyak yang percaya kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, tetapi tidak percaya pada Trinitas, walaupun ada pengecualian bagi sebagian di antara mereka. Trinitas mempunyai arti yang lebih luas daripada sekedar percaya kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Mayoritas umat Kristen di dunia saat ini mengaku percaya Trinitas, walau kebanyakan mengakui bahwa mereka sebenarnya mengerti jelas akan ajaran ini. Oleh sebab kebingungan yang meluas tentang doktrin ini, maka tidak heran di antara penganut Trinitas, banyak pandangan yang berbeda tentang Allah. Sebagian besar kebingungan ini diakibatkan oleh ketidak pedulian mereka tentang doktrin Trinitas itu sendiri. Banyak para pendeta dan pemimpin gereja menolak untuk mengkhotbahkan topik ini karena menurut mereka, mereka sendiri sulit mengerti akan doktrin ini. Dengan demikian, mereka merasa tidak dapat mengajarkannya pada orang lain. Kebingungan pada topik ini sangat nampak dari seringnya mereka berkata bahwa Trinitas itu misterius, jauh melebihi pengertian kita, untuk itu kita tidak harus mempelajari doktrin ini lebih dalam lagi. Hal ini telah mengakibatkan banyak umat mengabaikan topik bagaimana mengenal Allah ini, dan gantinya, mereka merasa puas dengan pernyataan bahwa topik ini adalah misterius dan tidak dapat dimengerti.

Dari pengalaman pribadi, saya telah menyaksikan banyak kebingungan tentang topik ini. Saya pernah bertemu dengan beberapa orang yang dengan cepat mengakui bahwa mereka percaya Trinitas, tetapi setelah diteliti, saya dapati bahwa mereka sebenarnya tidak percaya pada doktrin Trinitas itu sendiri. Lebih mengejutkan lagi, ada banyak pendeta yang secara terang-terangan mencela doktrin Trinitas, tapi tanpa mereka sadari, doktrin yang mereka promosikan adalah doktrin yang sama, yaitu doktrin Trinitas itu juga, atau doktrin yang ajarannya sangat mirip dengan Trinitas, meski mereka coba menyebut doktrin tersebut dengan nama lain, seperti doktrin “KeAllahan (Godhead).” Anda dapat mengganti nama dari seekor ayam dan menyebutnya anjing sesuka hati anda, tetapi nama itu sendiri tidak akan merubah fakta bahwa seekor ayam akan tetap sebagai ayam.

Karena kebingungan akan pengertian tentang Allah dan pengaruhnya terhadap Injil, maka kita harus meneliti pandangan-pandangan yang populer tentang Allah dan membandingkannya dengan Kitab Suci. Setelah anda dilengkapi dengan informasi-informasi ini, anda akan segera dapat mengenali ajaran Trinitas dan ajaran-ajaran serupa lainnya, walau mereka menyebutnya dengan nama lain atau menggunakan kata-kata berbeda dalam menerangkannya.

Saya berdoa agar setelah selesai membaca pelajaran ini, anda akan dipersiapkan untuk menerima kebenaran Kitab Suci dan menolak semua teori manusia tentang Allah. Saya juga berdoa agar anda akan “selalu sedia memberi jawaban” kepada siapa saja yang menanyakan alasan mengapa kita percaya apa yang kita percayai (1 Petrus 3:15).

Ada empat ajaran yang utama tentang Allah yang terdapat di antara umat Kristen, yaitu: Trinitarianisme, Modalisme (disebut juga “Yesus Saja”), Unitarianisme dan Triteisme. Sambil kita mempelajari ajaran-ajaran palsu ini secara terperinci, perhatikan bahwa setiap ajaran ini dirancang untuk menyangkal Keputeraan Kristus yang sesungguhnya dan kematian-Nya yang sempurna sebagai kematian Ilahi di Salib. Yang tertinggal bagi kita, tidak lebih dari hanya sekedar pengorbanan seorang manusia dalam menebus dosa-dosa kita, dan kita juga tidak mendapatkan konsep jelas tentang Kasih Allah.

Pandangan Resmi Gereja Katolik

Poin yang penting dari pandangan resmi Gereja Katolik tentang Allah, dikenal dengan “Trinitas Ortodoks,” yang juga diakui oleh umumnya denominasi-denominasi Protestan, walau ada pandangan yang sedikit bervariasi. Berikut adalah satu-satunya pandangan yang dapat disebut “Trinitas” sebab merekalah yang pertama mendefinisikan doktrin ini. Pada halaman 11 buku, “Handbook for Today’s Catholic,” kita membaca:

“Rahasia/misteri dari Trinitas adalah doktrin utama dari iman Katolik.  Di atasnya didasarkan semua ajaran lain dari gereja…

“Gereja mempelajari misteri ini dengan sangat teliti dan, setelah empat abad diuraikan, ditetapkan untuk menyatakan doktrin tersebut dengan cara berikut: dalam kesatuan KeAllahan ada tiga pribadi,--Bapa, Anak, dan Roh Kudus…”

Ajaran dasar dari Trinitas Ortodoks adalah; ada tiga pribadi yang berbeda dalam satu makhluk (satu substansi/hakikat) yang disebut Allah. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kata “pribadi” dan kata “makhluk” tidak berarti sama. Untuk disebut sebagai satu makhluk, harus terdiri dari tiga “pribadi”. Hal ini sangat penting untuk dimengerti agar kita dapat lebih memahami perbedaan pandangan-pandangan tentang Allah ini. Seorang makhluk terdiri dari semua yang membentuk satu individu—yaitu roh, jiwa, pikiran, kesadaran, kemauan dan fisik. Di lain pihak, pribadi dalam lingkaran teologia bisa banyak artinya. Hal ini akan kita bahas lebih dalam kemudian.

Untuk memudahkan pendefinisian Trinitas ortodoks, saya akan mengutip Kredo Athanasian, yang diterima sebagai kebenaran oleh Gereja Katolik dan umumnya Gereja-Gereja Protestan (lihat Philip Schaff’s History of the Christian Church, Volume 3, Bagian 132, hal. 696). Penulis Kredo Athanasius tidak diketahui, tetapi banyak bagian dari kredo ini nampaknya diambil dari tulisan-tulisan Augustine. Sebagian dari Kredo Athanasian tertulis sebagai berikut:

Kredo Athanasian:

1.   Barangsiapa yang ingin selamat, hal yang terpenting dari segala sesuatu ialah perlunya seseorang untuk berpegang pada iman Katolik.

2.   Iman yang kecuali setiap orang mematuhi semuanya dan tanpa noda, tidak diragukan bahwa dia akan binasa selamanya.

3.   Tetapi iman Katolik yaitu: Kita menyembah satu Allah dalam Tritunggal dan Tritunggal dalam Satu

4.   Tanpa mencampur pribadi-pribadi, tanpa memisahkan hakikat.

5.   Sebab pribadi Bapa adalah lain; pribadi Putera adalah lain; pribadi Roh Kudus adalah lain.

6.   Tetapi keAllahan Bapa, Putera dan Roh Kudus satu, dan sama dalam kemuliaan, dan kehormatan yang sama dan kekal.

7.   Sedemikian Bapa, demikian juga Putera dan demikian juga Roh Kudus.

15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Putera adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah.

16. Meskipun demikian tidak ada tiga Allah tetapi satu Allah.

19. Seperti kita diperintahkan oleh kebenaran kristen untuk menyebut setiap pribadi adalah Allah dan Tuhan.

20. Demikian juga kita dilarang oleh iman katolik untuk mengatakan ada tiga Allah dan Tuhan.

25. Dan dalam Tritunggal tidak ada yang lebih dahulu atau kemudian.

26. Tetapi ketiga pribadi sama kekal dan sama sederajat.

27. Sehingga di segala tempat, seperti dinyatakan di atas, Tritunggal dalam kesatuan dan kesatuan dalam Tritunggal harus disembah.

28. Barangsiapa ingin diselamatkan harus demikian kepercayaannya mengenai Tritunggal. (The Athanasian Creed, dikutip dari Philip Schaff’s History of the Christian Church, Vol. 3, bagian 132, hal. 690-693).

Trinitas Ortodoks

Trinitas Ortodoks mengajarkan bahwa ada tiga makhluk yang disebut Allah yang terdiri dari tiga pribadi. Setiap pribadi ini berbeda, pribadi-pribadi yang sadar diri dan sama umur (“tidak ada yang sebelum atau sesudah”), dan dikatakan bahwa mereka adalah sama dalam tingkat kedudukan dan kuasa (“tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain”). Namun, definisi ini berarti lebih dalam lagi dari yang tertulis di atas, sebab sesuai dengan Trinitas Ortodoks, ketiga pribadi ini sebenarnya bukan pribadi yang biasanya kita kenal sebagai oknum. Kita biasanya berpikir bahwa seorang oknum adalah seorang makhluk individu. Tetapi penggunaan kata pribadi dalam Trinitas Ortodoks tidak berarti demikian. Para promotor doktrin ini mengatakan bahwa kata “pribadi” ini, ketika diaplikasikan untuk Allah, sebenarnya tidak lengkap sebab tidak ada kata lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan “pribadi” yang dapat berarti sama dengan apa yang kita maksudkan untuk Allah. Sebab itu, para ahli teolog lebih suka menggunakan bentuk kata hipostasis daripada kata “pribadi” sebab kata itu adalah kata yang mengacu pada konsep teologia tentang pribadi yang terletak di antara kata kepribadian dan makhluk individu. Konsep ini dijelaskan sebagai berikut:

“Doktrin subsistensi dalam unsur/hakikat ke-Allahan memperkenalkan suatu jenis kehidupan yang sangat ganjil dan unik, pikiran manusia hanya sedikit atau sama sekali tidak dapat dibantu oleh kiasan-kiasan yang pada kasus-kasus lain akan sangat membantu.  Hipostasis adalah unsur nyata, - suatu unsur dasar yang penting dari eksistensi/keberadaan, dan bukan sekedar hasil perwujudan, atau energi, atau penjelmaan, - tetapi terletak di antara hakikat dan sifat-sifat.  Tidak sama dengan unsur, karena tidak ada tiga unsur (atau makhluk-makhluk).  Tidak sama dengan sifat-sifat, karena ada tiga pribadi dimana setiap pribadi sama-sama memiliki semua sifat ke-Allahan…oleh karenanya pikiran manusia dituntun untuk menangkap gagasan akan suatu jenis kehidupan yang sangat unik, yang tidak mampu diilustrasikan oleh perbandingan-perbandingan dan persamaan-persamaan yang lazim.” (Dr. Shedd, History of Christian Doctrine, vol. i. p. 365, dikutip dari buku Philip Schaff’s History of the Christian Church, Volume 3, Section 130, Hal. 676, 677).

Konsep ganjil tentang Allah ini sangat sulit untuk dimengerti, Athanasius sendiri mengaku tidak mengerti. Athanasius adalah salah seorang pelopor doktrin Trinitas mula-mula yang sangat berpengaruh, dan dia “Terang-terangan mengakui bahwa setiap kali ia berpikir keras untuk meditasi pada ke-Ilahian dari Logos/Firman, usahanya selalu gagal dengan sendirinya; lebih keras ia berpikir, lebih kurang ia mengerti; lebih banyak ia menulis, lebih kurang kemampuannya untuk memaparkan buah pikirannya.” (Gibbon, The Decline and Fall of the Roman Empire, Volume 2, Bab 21, hal. 223, paragraf 1).

Seorang lain yang berpengaruh besar dalam merumuskan doktrin Trinitas, adalah Augustine. Dia adalah seorang penulis gereja yang sangat berpengaruh dalam penentuan doktrin Trinitas, dan sangat dihormati sebagai seorang yang berotoritas di antara para penganut Trinitas. Tentang dia, Philip Schaff menulis, “Dari semua bapa-bapa, selain Athanasius, Agustine menyumbangkan jasa yang terbesar dalam ajaran (Trinitas).” (Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume 3, Bagian 131, hal. 684).

Bahkan Augustine tidak mampu mengartikan Trinitas. Dia berkata, “Apabila kami ditanya untuk mendefinisikan Trinitas, kami hanya dapat berkata, bukan ini atau bukan itu.”  (Augustine, dikutip dari buku Philip Schaff’s History of the Christian Church, Volume 3, Bagian 130, Hal. 672).

Athanasius dan Augustine, dua pelopor yang berjasa besar dalam merumuskan doktrin Trinitas melebihi semua yang lain, telah mengakui bahwa mereka tidak mengerti apalagi mengartikannya.

Ilustrasi Trinitas Ortodoks

Salah satu cara yang sering digunakan untuk mengilustrasikan konsep Trinitas ortodoks tentang Allah, adalah dengan cara menggambarkan suatu potret satu kepala dengan tiga wajah sama seprti gambar berikut, yang benar-benar dilukis oleh seorang penganut Trinitas.

Ortodoks.png

 Ilustrasi dari Trinitas Ortodoks
Satu Allah yang terdiri dari tiga pribadi (hipostasis) bersatu di dalam satu makhluk
 

Trinitas ortodoks adalah ajaran resmi Katolik dimana satu Allah Alkitab adalah satu makhluk yang terdiri dari tiga hipostasis yang sadar diri. Sebagai catatan, hipostasis adalah kata Gerika yang digunakan oleh para peganut Trinitas Ortodoks untuk menggambarkan jenis hidup yang sebenarnya unik bagi Trinitas, yang terletak di antara sifat dan makhluk, dan tidak dapat diartikan lebih dari sifat ataupun makhluk.

Konsep tentang Allah ini, walau kedengaran membingungkan, adalah pandangan lazim yang diterima oleh umat-umat Kristen.

Trinitas ortodoks ini menyangkal ke-Puteraan dan kematian Kristus secara harafiah. Kepercayaan ini menyangkal kematian Kristus, sebab mereka mengajarkan bahwa Anak Ilahi Allah adalah bagian dari Allah dan tidak dapat dipisahkan dari-Nya dalam kematian, sebab Allah tidak dapat mati. Perhatikan kata-kata Augustine, salah seorang penganut Trinitas terkemuka itu. Dia mengatakan:

“Tidak ada orang mati yang dapat membangkitkan dirinya sendiri. Hanya Dia (Kristus) yang dapat membangkitkan Diri-Nya, yang walaupun tubuh-Nya telah mati, tidak mati. Sebab Dia membangkitkan yang mati. Dia membangkitkan Diri-Nya, dimana di dalam Diri-Nya itu masih hidup, tetapi tubuh-Nya yang akan dibangkitkan itu sudah mati. Sebab bukan hanya Bapa, seperti kata rasul, ‘Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia,’ membangkitkan Anak itu, tetapi Tuhan juga membangkitkan Diri-Nya, yaitu, Tubuh-Nya.” (Nicene & Post-Nicene Fathers, Seri 1, Volume 6, hal. 656, St. Augustine, “Sermons on Selected Lessos of the New Testament”).

Adalah benar bahwa seorang yang mati tidak dapat membangkitkan dirinya dari kematian. Juga benar bahwa Kristus telah mati. Yesus Kristus yang Ilahi, yang dimuliakan itu berkata, “Aku telah mati.” (Wahyu 1:18). Sebab Kristus benar-benar mati, maka Dia tidak dapat membangkitkan Diri-Nya Sendiri. Alkitab tidak mengajarkan bahwa Kristus membangkitkan Diri-Nya Sendiri dari kematian. Paling tidak, ada sebanyak tiga puluh kali dikatakan bahwa Bapa membangkitkan Yesus dari kematian. Contohnya terdapat dalam Galatia 1:1 yang mengatakan: “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”

Saya pikir kesimpulan dari Augustine bahwa Kristus “tidak mati” itu, tidak masuk akal dan bertentangan dengan Kitab Suci, merusak kuasa injil, dan hal itu memualkan jiwa saya. Secara logika, inilah kesimpulan yang didapati jika kita percaya bahwa Kristus adalah bagian dari makhluk Allah, yaitu Bapa; mereka yang percaya pada doktrin ini harus menyimpulkan bahwa kematian Kristus tidak lebih dari kematian seorang manusia yang hanya sementara dipenuhi dengan “pribadi kedua” dari Trinitas. Tidak penting betapa agungnya Anak yang dengan sendirinya ada itu; tidak penting betapa mulianya, betapa besar kuasa dan bahkan kekalnya; jika hanya kemanusiaan Yesus saja yang mati, maka pengorbanan itu hanyalah pegorbanan seorang manusia. Tanpa mempercayai bahwa Kristus telah mati, bagaimana mungkin kita menghargai kasih Allah dalam memberikan Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa kita?

Doktrin Trinitas ortodoks menyangkal kePuteraan Kristus, sebab jika Kristus Anak Allah itu hanya semacam pantulan dari satu Allah dan bagian dari makhluk Allah, maka Dia tidak dapat dengan benar disebut Anak dari Bapa. Fakta ini didemonstrasikan oleh penerimaan Gereja Katolik akan doktrin “Generasi Kekal,” yang telah didiskusikan dalam bab sebelumnya.

Modalisme (“Yesus Saja”)

Modalisme, yang juga disebut sebagai ajaran “Yesus Saja,” adalah suatu ide bahwa Allah adalah satu pribadi yang beroperasi di dalam tiga wujud yang berbeda. Perhatikan poin nomor empat dari Kredo Athanasian. Poin ini secara khusus mengacu pada ajaran Modalisme dan Triteisme. Dikatakan bahwa, “Tidak membaurkan pribadi-pribadi (Modalisme); tidak juga memisahkan substansi/hakikat (Triteisme).” Sesuai dengan Trinitarianisme ortodoks, Modalisme membaur tiga pribadi ke dalam satu pribadi, yang menyatakan bahwa Allah adalah satu pribadi yang mewujudkan Diri-Nya ke dalam tiga wujud berbeda dalam tiga waktu yang berbeda. Ide ini kadang disebut Sabellianisme sebab seorang yang bernama Sabellius dikreditkan sebagai penemu teori ini. Berikut adalah tulisan Dr. Philip Schaff tentang teori ini:

“Pemikiran dasar-nya (Sabellius) adalah, bahwa kesatuan Allah, tanpa perbedaan di dalamnya, membuka atau sendirinya membentang dalam jalur perkembangan dunia di dalam tiga bentuk yang berbeda dan periode-periode perwujudan dan, setelah penebusan selesai, kembali kepada kesatuan. Bapa mewujudkan Diri-Nya dalam memberikan hukum taurat atau sistim Perjanjian Lama (bukan saja dalam penciptaan, dimana pandangan-nya mendahului pernyataan para penganut Trinitas); Anak, dalam inkarnasi; Roh Kudus, dalam inspirasi. Perwujudan Anak itu berakhir dengan kenaikan; perwujudan Roh berlanjut dalam kelahiran kembali dan penyucian.” (Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume 2, Section 152, hal. 582).

Ide ini, menurut para penganut Trinitas ortodoks, membaurkan ketiga pribadi dari Trinitas ke dalam satu pribadi yang bertindak dalam wujud berbeda pada waktu berbeda—dalam Perjanjian Lama, Dia bertindak sebagai seorang Bapa, selama zaman injil, Dia bertindak sebagai seorang Anak, dan saat ini Dia bertindak sebagai Roh Kudus. Ide ini disebut dengan beberapa nama yaitu; Modalisme, Yesus Saja, dan Sabellianisme.

Ilustrasi Modalisme 

Satu cara untuk mengilustrasikan Modalisme adalah dengan menggambarkan satu garis lingkaran:

modalisme.png

Modalisme
Satu Allah yang terdiri dari satu pribadi dengan tiga wujud bertalian atau tiga kepribadian.

Modalisme adalah ide dimana Allah sebagai seorang makhluk, mewujudkan Diri-Nya ke dalam tiga mode/wujud yang berbeda pada waktu yang berbeda. Jadi, Bapa, Anak dan Roh Kudus sebenarnya bukan tiga pribadi, tetapi hanyalah tiga perwujudan dari individu pribadi yang sama. Banyak penganut Modalisme, percaya bahwa ada tiga pribadi di dalam Allah, tetapi bagi mereka, kata “pribadi” berarti “kepribadian, karakter, pesona, atau perwujudan” dan bukan berarti seorang makhluk atau sebagai hipostesa.

Sesuai dengan konsep Modalisme ini, Anak Allah yang sebenarnya, tidak ada. Sebab konsep ini terbatas hanya kepada Allah Sendiri yang mewujudkan Diri-Nya sebagai Anak-Nya Sendiri. Kata mereka, ini yang terjadi pada inkarnasi Kristus. Konsep ini sangat jauh dari gambaran kasih Allah dalam memberikan Anak-Nya untuk mati bagi orang-orang berdosa. Di samping penolakan terhadap ke-Puteraan Kristus, teori ini juga mengurangi kematian Kristus hanya terbatas kepada kematian dari seorang manusia saja. Sebab jika Kristus hanyalah sebagai perwujudan dari Allah yang Esa, maka Dia tidak dapat mati, sebab Alkitab mengatakan demikian (1 Timotius 6:16). Jadi, dengan konsep ini, umat-umat dituntun kepada suatu ide bahwa Allah mengasihi dunia ini, Dia datang ke bumi ini hanya untuk bersandiwara, menempatkan diri sebagai Anak-Nya Sendiri, dan Dia hanya pura-pura mati dalam menunjukkan kasih-Nya yang besar bagi kita. Tidak heran bahwa terdapat banyak kasih yang tidak tulus buat Allah di atas dunia ini, sebab kuasa regenerasi dari kasih Allah itu sebagai jantung dari Injil telah dicopot dari umat-umat Allah.

Unitarianisme

Unitarianisme hampir sama dengan Modalisme, mengajarkan bahwa Allah adalah satu individu pribadi, bedanya adalah bahwa Unitarianisme tidak mengajarkan bahwa Allah memiliki wujud berbeda dalam mewujudkan Diri-Nya. Ilustrasi Modalisme di atas dapat diaplikasikan kepada Unitarianisme juga, kecuali bagian dari definisi yang mengatakan, “tiga wujud bertalian atau kepribadian,” sebab mereka percaya bahwa Allah hanya memiliki satu kepribadian. Dan Unitarianisme percaya bahwa Yesus hanyalah seorang manusia, seorang nabi yang dikaruniakan Roh Allah, dan bukan seorang makhluk Ilahi. Mereka juga menolak kematian Kristus sebagai ganti dari umat-umat berdosa (lihat www.americanunitarian.org dan tulisan William Channing yang berjudul “Unitarian Christianity,” yang dapat anda temukan pada tautan berikut: www.channingmc.org/unitarianchristianity.htm)

Mereka yang menyebut diri mereka sebagai penganut Unitarian, umumnya menyebut diri mereka Kristen. Tetapi ironisnya, mereka percaya pada ajaran yang dipercayai oleh agama Islam, yang jelas-jelas berlawanan dengan Kekristenan.

Kitab suci agama Islam, Al Qur’an berkata, “Kristus Yesus anak Maria (tidak lebih dari) seorang rasul Allah, dan Firman-Nya, yang Dia berikan kepada Maria, dan Roh berasal dari-Nya; Jadi, percayalah kepada Allah dan rasul-Nya. Jangan menyebut ‘Trinitas’: berhenti: lebih baik bagi kamu: Sebab Allah adalah Allah yang Esa: Kemuliaan bagi Dia: (Dia jauh lebih diagungkan) daripada memiliki seorang anak.” (Qur’an 4:171).

Konsep ini mengajarkan bahwa Yesus dapat benar-benar mati, tetapi karena mereka merendahkan Kristus sebagai seorang manusia biasa saja, dan menyangkal bahwa kematian Kristus adalah menebus dosa-dosa kita. Mereka hanya memiliki suatu pengorbanan yang tingkatannya kurang dari manusia; mereka sama sekali tidak memiliki suatu korban yang dapat menebus dosa-dosa mereka, baik dari pihak Allah atau Kristus. Konsep ini, seperti konsep-konsep palsu lain yang telah kita teliti di atas, melenyapkan makna konsep kasih Allah dalam memberikan Anak-Nya untuk mati demi menebus dosa-dosa mereka. Tidak heran bahwa dunia Muslim menunjukkan ketidakpedulian, dan merupakan suatu agama yang penuh dengan kebencian, sebab allah mereka tidak pernah menunjukkan kasih yang tidak egois kepada mereka. Tapi sedihnya, mereka yang mengaku “Kristen” juga percaya pada konsep tentang Allah dan Yesus yang sama dengan konsep kaum Muslim.

Triteisme

Triteisme adalah konsep dimana Allah yang Esa Alkitab sesungguhnya terdiri dari tiga makhluk yang berbeda yang hanya disebut esa karena mereka khususnya satu dalam tujuan, rencana dan maksud mereka. Dan untuk itu mereka bekerja sama. Dalam konsep Triteisme ini, Allah bukanlah seorang individu, tetapi suatu kelompok dari tiga individu atau sebagai suatu komite. 

Sekali lagi, saya ingin mengarahkan anda pada poin nomor empat dalam Kredo Athanasian yang berkata, “Tanpa mencampur pribadi-pribadi, tanpa memisahkan hakikat.” Istilah, “tanpa memisahkan hakikat/substansi” berhubungan langsung dengan apa yang disebut Triteisme. Perhatikan definisi berikut dari “Trinitas Ortodox” dimana definisi Triteisme ditonjokan. 

“…istilah pribadi (hipostasis) harus tidak diartikan seperti pengertian manusia yang lazim, seakan-akan ketiga pribadi adalah tiga individu berbeda, atau tiga pribadi memiliki kesadaran diri dan makhluk-makhluk yang berbeda dalam tindakan.   Ide Trinitas tentang kepribadian terletak di pertengahan antara bentuk perwujudan saja atau peran, yang akan menuntun kepada Sabellianisme (juga disebut Modalisme), dan ide yang bebas dari keterbatasan kepribadian manusia, yang menuntun pada triteisme.  Dengan kata lain, konsep ini memungkiri ajaran Unitarian Trinitas yang mengajarkan ketiga konsep dan aspek dari satu makhluk yang sama, sedangkan ajaran Triteistik Trinitas mengajarkan adanya tiga makhluk berbeda dan terpisah.” (Philip Schaff, History of the Christian Church, Volume 3, Bagian 130, Hal. 676, 677, penekanan ditambahkan oleh penulis).

Perhatikan bahwa Triteisme didefinisikan sebagai ide bahwa Allah itu ada dalam tiga pribadi yang merupakan “tiga individu yang berbeda, atau tiga makhluk yang memiliki kesadaran diri dan bertindak secara terpisah.”

Ilustrasi Triteisme

Triteisme dapat diilustrasikan dengan menggambarkan tiga lingkaran seperti berikut:

triteisme.png

Triteisme

Satu Allah yang terdiri dari tiga makhluk terpisah yang disebut “satu/esa” karena mereka satu dalam maksud dan karakter.

Triteisme adalah ide bahwa satu Allah Alkitab bukan hanya seorang makhluk individu, tetapi suatu komite dari tiga makhluk terpisah yang bekerja sama dalam kesatuan yang sempurna, sementara Modalisme adalah ide dimana satu Allah Alkitab adalah satu pribadi yang mewujudkan Diri-Nya ke dalam tiga cara yang berbeda. Trinitas Ortodoks nampaknya berdiri di jalan tengah di antara kedua ide ekstrim ini, dengan menemukan sejenis keberadaan yang disebut hipostasis, yang bukan hanya sekedar suatu perwujudan, dan bukan juga seorang makhluk individu.

Dengan konsep Triteisme, tidak mungkin ada Anak Allah yang sebenarnya, sebab yang ada hanyalah makhluk ilahi yang memainkan peran, atau berpura-pura menjadi Anak dari seorang yang lain di antara makhluk-makhluk ilahi itu. 

Sebagai suatu contoh dari teori permainan peran ini, saya akan mengutip tulisan dari Gordon Jenson, yang pada tahun 1996, adalah Presiden dari Spicer Memorial College di Pune, India. Dia menulis, “Untuk membasmi dosa dan pemberontakan semesta alam dan untuk memulihkan keharmonisan dan kedamaian, salah seorang Makhluk Ilahi menerima, dan memasuki peran Bapa, dan yang lain memerankan sebagai Anak. Makhluk ilahi yang terkahir, Roh Kudus,… dengan menerima peran-peran yang diperlukan dalam rencana itu, Makhluk-Makhluk ilahi itu tidak kehilangan kuasa-kuasa Ketuhanan… Makhluk-Makhluk ilahi itu memasuki peran-peran yang telah mereka setujui sebelum fondasi-fondasi dunia diletakkan.” (Adventist Review, “The Week of Prayer” issue, 3 Oktober 1996).

Seperti Modalisme, Triteisme menolak kematian Kristus, sebab mereka menyatakan bahwa ketiga makhluk ilahi itu adalah sama persis, dan tidak seorang dari merekapun yang dapat mati atau dapat dipisahkan dari kedua makhluk yang lain. Sekali lagi, umat-umat diarahkan kepada suatu wawasan dingin tentang kasih Allah, dengan mengira bahwa Allah (yang terdiri dari komite dari tiga pribadi itu) sangat mencintai dunia dan mengirimkan salah satu dari mereka ke dalam bumi untuk berpura-pura menjadi anak dari salah satu makhluk ilahi yang lain yang ditinggalkan di surga, dan pura-pura mati untuk menyatakan kasih dari ketiga makhluk ilahi, termasuk dua makhluk yang tetap tinggal di surga. Konsep ini sangat jauh dari pernyataan kasih agung dari Allah dalam memberikan Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa kita, dan pengorbanan Yesus itu tidak lebih dari sekedar pengorbanan seorang manusia saja.

Aplikasi Pengetahuan

Setelah meneliti pandangan-pandangan tentang Allah di atas, kita dapat lihat bahwa Modalisme, Unitarianisme dan Triteisme semua mengajarkan bahwa kata “pribadi” berarti “seorang makhluk,” sementara Trinitarianisme Ortodoks dengan gigih menentang definisi ini, dan menyatakan bahwa tiga pribadi Trinitas adalah misterius; adalah suatu jenis keberadaan yang tak dapat didefinisikan, yang disebut hipostasis. Philip Schaff mengekspresikannya dengan cara berikut:

“Kata pribadi dalam kenyataannya hanyalah sesuatu yang sementara, dalam ketidakhadiran dari suatu istilah yang lebih memuaskan.” (Philip Schaff. History of the Christian Church, Volume 3, Bagian 130, Hal. 677).

Unitarianisme mengatakan bahwa hanya ada satu pribadi ilahi, yaitu Allah Bapa. Modalisme mengajarkan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah pribadi yang sama. Trinitarianisme Ortodoks mengajarkan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah makhluk yang sama, sementara Triteisme mengajarkan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga makhluk yang terpisah.

Dengan informasi yang dipaparkan dalam tulisan ini, anda dapat dengan mudah mengenali Trinitarianisme, Modalisme, Unitarianisme dan Triteisme. Namun, Setan selalu sibuk menghalangi pandangan yang lain dari konsep-konsep di atas, dan dia menggunakan banyak kata lain untuk menerangkan konsep-konsep tersebut, dalam upayanya untuk membingungkan umat-umat Allah, bahkan mereka yang terpilih sekalipun. Saya percaya, kita akan menyaksikan bahwa kebingungan ini akan terus meningkat saat kedatangan kembali Kristus semakin mendekat. 

Salah satu cara Setan yang telah membingungkan umat-umat adalah, banyak yang menggunakan kata yang sama tapi arti berbeda-beda. Banyak dari para pendeta dan ahli teologia, saat menguraikan tentang Allah dan hakikat-Nya, menggunakan kata “pribadi” dengan arti, 1). Satu dari perwujudan-perwujudan/modes, pesona, atau manifestasi dari seorang individu. Jadi, seorang makhluk dapat memiliki beberapa “pribadi” atau modes dalam mewujudkan dirinya. Yang lain menggunakan kata “pribadi” dalam arti 2). Seorang makhluk yang sempurna, yaitu tiga pribadi, dapat menjadi tiga makhluk yang berbeda. Dan yang lain menggunakan kata “pribadi” dalam arti, 3). Suatu bentuk misterius dari suatu keberadaan yang terletak di pertengahan, di antara karakter dan makhluk, agar satu makhluk teresebut dapat memiliki tiga kesadaran diri berbeda “pribadi,” yang sering disebut “hipostasis.” Sebagai tambahan di atas kebingungan ini, kata “makhluk,” kadang digunakan bersama dengan salah satu dari tiga definisi di atas. Jarang digunakan dengan definisi pertama, dan paling sering digunakan dengan definisi kedua, tapi juga sudah pernah digunakan dengan definisi ketiga. Jadi seperti yang anda dapat lihat di sini, jika anda mau mengerti apa yang sedang diajarkan oleh seseorang, bukan saja anda harus mengerti apa yang sedang dia katakan, tetapi juga anda harus tahu apa yang dimaksudkan oleh orang itu saat dia menggunakan kata “pribadi” atau kata “makhluk.”  

Beberapa Pertanyaan

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang anda harus tanyakan untuk menolong anda mengerti perbedaan dari ajaran-ajaran palsu dan kebenaran Firman Allah:

Kapan Yesus Kristus menjadi Anak Allah?

Apakah hidup dari Anak Allah itu berasal dari Bapa?

Apakah Anak Allah itu lahir dari Bapa selain kelahiran-Nya di Betlehem?

Apakah Allah dapat dicobai dengan dosa?

Dapatkah Yesus berdosa pada waktu inkarnasi-Nya?

Dapatkah Allah mati?

Apakah Anak Allah itu tetap sadar waktu dia terbaring tiga hari dan tiga malam di dalam kubur?

Dapatkah Allah menunjukkan sesuatu yang tersembunyi kepada-Nya?

Apakah anda berdoa dan menyembah Roh Kudus? Jika tidak, mengapa mengabaikan-Nya? Jika iya, mana contoh Alkitabiah?

Apakah Roh Kudus itu memiliki suatu roh sendiri sama seperti Bapa dan Anak?

Jika anda mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, jawaban-jawaban itu dapat menuntun anda untuk mengerti kebenaran tentang Allah.

Ringkasan

Ide bahwa satu Allah dalam tiga pribadi adalah berlawanan dengan Kitab Suci, walau teori ini dipromosikan dengan cara apapun dalam upaya untuk mengharmoniskan ide-ide yang berlawanan tersebut. Modalisme, Unitarianisme, Trinitas Ortodoks, dan Triteisme semuanya sama-sama berbahaya sebab ajaran-ajaran ini menyangkal kebenaran Alkitab dimana Kristus adalah benar-benar Anak Allah yang benar-benar mati untuk dosa-dosa kita. Penerimaan Katolik akan ajaran Generasi Kekal dari Anak/Putera itu, adalah contoh usaha mereka untuk mengharmoniskan kebenaran Alkitab bahwa Kristus adalah Anak lahir Allah, dengan teori palsu bahwa Dia sama umur dengan Bapa-Nya. Ajaran ini bukan saja tidak Alkitabiah, tetapi juga tidak masuk akal. Ajaran ini menghapus ke-Puteraan dan kematian Kristus yang sesungguhnya, sebab hal-hal ini berpengaruh langsung pada hubungan kita dengan Allah, dan pada kemampuan kita untuk menjalin persahabatan dengan Bapa dan Anak sebagai pribadi-pribadi yang nyata. Hal ini juga sangat mempengaruhi hakikat Kristus pada saat inkarnasi dan juga dalam penebusan dosa-dosa kita.

Teori-teori palsu tentang Allah ini hanya akan menuntun para pengikut setianya kepada gambaran yang dangkal tentang kasih Allah, dan tidak membiarkan mereka memiliki hubungan kasih yang dalam dan murni dengan Allah yang memampukan mereka menahan derita, teristimewa dalam menghadapi pertentangan Tanda Binatang yang kita semua akan segera hadapi itu.

Saya ingin anda untuk memikirkan tentang sesuatu. Para penganut Trinitas dalam usaha mereka untuk menarik jiwa, tidak akan pernah menggunakan doktrin Trinitas untuk mengubah orang-orang berdosa, tetapi mereka menggunakan doktrin yang mereka sendiri sebut “sesat,” sebab mereka mengerti bahwa doktrin itu memiliki kuasa yang lebih kuat untuk menarik orang-orang berdosa untuk bertobat, dibandingkan dengan doktrin kesayangan mereka, yakni Trinitas. Gereja-gereja Trinitas di seluruh dunia akan mengakatan pada dunia bahwa Allah sangat mengasihi mereka sehingga Dia mengirimkan Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa mereka. Dan ini akan menyentuh hati mereka yang mendengar dan memberi mereka kuat kuasa untuk mengalahkan dosa dalam hidup mereka. Tapi sedihnya, setelah mereka bertobat dan datang ke dalam gereja, mereka diajarkan bahwa sebenarnya Yesus bukan Anak Allah yang sesungguhnya, tetapi hanyalah seorang pribadi kedua dalam Trinitas, dan Anak itu tidak benar-benar mati bagi dosa-dosa mereka, sebab Allah tidak dapat mati. Dengan demikian, kebenaran yang pada awalnya telah memberi mereka kuasa, akhirnya ditiadakan, dan mereka hanya ditinggal dengan luarnya saja kelihatan saleh, tetapi tidak memiliki kuat kuasa.

Jika seorang penganut Trinitas menghampiri seorang yang hilang dan berkata, “Allah sangat mengasihimu sehingga Dia telah mengirimkan rekan-Nya ke dalam dunia ini untuk berpura-pura jadi Anak-Nya dan pura-pura untuk mati bagimu,” tentu saja perkataan ini akan sia-sia belaka, dan tidak mungkin membuat orang yang hilang itu percaya kepada Tuhan. Yesus berkata, “Kebenaran itu memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32). Kebenaranlah yang memerdekakan orang berdosa bukan dusta. 

Banyak orang memiliki konsep yang salah tentang Allah, menolak ke-Puteraan dan kematian Kristus yang nyata. Jika anda berusaha keras untuk mengasihi Allah dengan cara ini, anda tidak akan pernah mampu mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan pikiran. Ini benar, sebab kasih Allah telah disalahartikan oleh teori-teori palsu tentang Dia. Kita hanya dapat mengasihi-Nya dengan cara bahwa kita harus pertama-tama melihat kasih-Nya untuk kita, seperti yang dikatakan oleh Yohanes, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19).

Alkitab berkata, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar..” (2 Korintus 3:18). Jika kita melihat seorang allah yang cukup mengasihi kita hanya dengan memainkan peran dan pura-pura menjadi seorang yang bukan dirinya, maka kita akan mengasihi dia juga dengan cukup berpura-pura menjadi orang-orang Kristen, padahal dalam hati sama sekali bukan.

Ingat bahwa tidak ada kebohongan yang aman, tidak peduli betapa polosnya kebohongan itu kita yakini. Paulus menulis bahwa mereka yang “percaya pada dusta” akan “dihukum semua orang yang tidak percaya kebenaran dan suka kejahatan.” (2 Tesalonika 2:11-12). Ingat juga bahwa dalam hal-hal kerohanian, kaum mayoritas jarang memiliki kebenaran. Yesus berkata, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14). Ajaran-ajaran manusia dan kredo-kredo buatan manusia yang umumnya dihormati oleh umat Kristen, bukanlah standar dimana kita menentukan kebenaran itu. Hanya ada satu standar; satu saja, yang dapat kita percayai sebagai penuntun mutlak kepada kebenaran, yakni Firman Allah. Kita harus tidak mempercayai manusia dalam menuntun kita kepada kebenaran, sebab Allah bersabda, “Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. Sebab orang-orang yang mengendalikan bangsa ini adalah penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau.” (Yesaya 9:15-16). 

Saya berdoa agar anda akan berpegang teguh pada kebenaran Alkitab. “Hanya ada satu Allah, yaitu Bapa” dan “satu Tuhan Yesus Kristus,” yang adalah “Anak tunggal yang lahir dari Allah,” yang “keluar” dan “datang dari Bapa” “sebelum bukit-bukit diciptakan,” yang “mati karena dosa-dosa kita” menurut Kitab Suci, dan “Dibangkitkan oleh Bapa dari antara orang mati.” Saya berdoa agar anda juga percaya akan apa yang benar bahwa Roh Kudus adalah “Roh Kudus Allah,” yang “keluar dari Bapa” dan dikirim kepada kita “melalui Yesus Kristus.” (1 Korintus 8:6; Yohanes 3:18; Yohanes 8:42; 16:27; Amsal 8:25; 1 Korintus 15:3; Galatia 1:1; Efesus 4:30; Yohanes 15:26; Titus 3:5-6).

Yolanda Kalalo-Lawton
05 September 2020
agapekasih.org